Mayoritas indeks sektoral mencatatkan kinerja buruk, sejalan dengan terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2024.
Intip Deretan Sektor dengan Kinerja Terburuk di 2024. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Mayoritas indeks sektoral mencatatkan kinerja buruk, sejalan dengan terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2024.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga 27 Desember 2024, IHSG turun 3,25 persen secara year to date (YtD) ke level 7.036,57.
Catatan ini menjadi penurunan tahunan pertama IHSG sejak 2020, ketika indeks terpangkas hingga 5 persen akibat dampak pandemi COVID-19.
Sebelumnya, IHSG berhasil mencatatkan penguatan 6,16 persen pada 2023, naik 4,09 persen di 2022, dan melesat 10,08 persen pada 2021.
Pelemahan IHSG juga terjadi sepanjang Desember 2024, dengan penurunan sebesar 1,09 persen.
Tren ini membalikkan pola musiman (seasonality) yang selama ini cenderung positif. Dalam satu dekade terakhir, IHSG memiliki probabilitas sekitar 80 persen untuk ditutup menguat di Desember, dengan rata-rata kenaikan lebih dari 2 persen.
Kinerja IHSG yang melemah mencerminkan tantangan besar yang dihadapi pasar sepanjang tahun, baik dari tekanan global maupun dinamika domestik.
Sebut saja, penurunan suku bunga bank sentral negara utama, terutama Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) yang tidak sesuai ekspektasi pasar menyebabkan aliran modal asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kemudian, Indeks dolar AS yang menguat signifikan meningkatkan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, sehingga mempengaruhi stabilitas pasar saham domestik.
Selanjutnya, soal melambatnya ekonomi China. Sebagai mitra dagang utama Indonesia, perlambatan pertumbuhan ekonomi China melemahkan permintaan terhadap komoditas ekspor andalan RI, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit.
Konflik di berbagai kawasan, seperti Timur Tengah dan Eropa Timur, juga turut meningkatkan volatilitas pasar global, yang berdampak pada sentimen investor.
Lebih lanjut, kekhawatiran akan potensi perang dagang di bawah pemerintahan presiden terpilih AS, Donald Trump, menambah ketidakpastian di pasar global, yang berdampak negatif pada IHSG.
Dari domestik, pelemahan nilai tukar rupiah imbas penguatan dolar AS, pelemahan daya beli masyarakat, perubahan kebijakan pemerintahan baru, hingga politik dalam negeri, turut memengaruhi pergerakan IHSG.
Sektor unggulan, seperti perbankan dan komoditas, juga mengalami tekanan dari melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik dan penurunan harga komoditas global.
Sektor Paling Tertekan
Sektor transportasi dan logistik mengalami penurunan paling signifikan sepanjang 2024, yakni minus 19,26 persen YtD.
Penurunan tersebut seiring jebloknya kinerja saham emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di sektor itu.
Saham pelayaran TMAS, misalnya, merosot 9,62 persen YtD, maskapai penerbangan BUMN GIAA jatuh 23,19 persen, emiten perkapalan SMDR tergerus 14,38 persen, layanan taksi BIRD terdepresiasi 10,61 persen, jasa kurir dan logistik ASSA minus 15,19 persen, dan lain sebagainya.
Sektor teknologi juga lesu, turun 12,51 persen sepanjang 2024. Ini terutama imbas melorotnya raksasa ride-hailing GOTO sebesar 26,74 persen dan pemain e-commerce BUKA yang terjun 43,06 persen, serta melemahanya Grup Emtek EMTK hingga 17,63 persen.
Di bawah sektor transportasi dan teknologi, sektor perindustrian juga membukukan rapor merah, melemah 6,88 persen, seiring amblasnya raksasa otomotif ASII hingga 12,74 persen dan emiten sejenis macam IMPC (-11,34 persen), BNBR (-24,00 persen), hingga HEXA (-10,70 persen) secara YtD. (Lihat tabel di bawah ini.)
Demikian pula dengan sektor infrastruktur yang terdepresiasi 6,40 persen selama 2024, di tengah melemahnya raksasa telekomunikasi TLKM (-30,38 persen), emiten menara MTEL (-7,80 persen) dan TOWR (-35,86 persen), emiten geotermal pelat merah PGEO (-18,80 persen), hingga pengelola jalan tol JMSR (-11,09 persen).
Sektor barang baku juga turun tajam, sebesar 5,41 persen. Saham emiten Prajogo Pangestu BRPT yang jatuh 31,47 persen YtD, emiten nikel MBMA yang turun 18,93 persen, NCKL (-24,00 persen), MDKA (-41,85 persen), INCO (-15,28 persen), ANTM (-10,56 persen), dan emiten kerta Sinarmas INKP (-18,92 persen) menjadi pemberat utama sektor ini.
Sektor jasa keuangan, termasuk perbankan, hingga consumer siklikal dan non-siklikal juga membukukan performa negatif di 2024. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.