Harga Minyak Turun Usai Iran Dilaporkan Minta Gencatan Senjata dengan Israel

2 weeks ago 14

Jakarta -

Harga minyak turun sebesar 1 dolar AS per barel pada hari Senin di tengah gejolak antara Iran dan Israel. Penurunan harga terjadi usai munculnya laporan yang menyebut bahwa Iran berupaya mengakhiri konflik dengan Israel.

Kondisi ini membuka kemungkinan adanya gencatan senjata dan meredakan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak mentah dari kawasan tersebut.

Dilansir dari Reuters, Selasa (17/6/2025), harga minyak Brent ditutup turun US$ 1 atau 1,35% menjadi US$ 73,23 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 1,21 atau 1,66% menjadi US$ 71,77 per barel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dua sumber dari Iran dan tiga sumber regional yang dikutip oleh Reuters, Iran telah meminta Qatar, Arab Saudi, dan Oman untuk menekan Presiden AS Donald Trump agar menggunakan pengaruhnya terhadap Israel guna mendorong gencatan senjata segera.

Sebelumnya, Wall Street Journal juga melaporkan bahwa Iran sedang mencari jalan untuk mencapai gencatan senjata. Analis dari Mizuho, Robert Yawger, menyatakan bahwa para pelaku pasar mengurangi spekulasi bahwa serangan udara dari kedua pihak akan berubah menjadi perang regional yang lebih luas dan dapat mengancam infrastruktur energi.

Pada hari Jumat, harga minyak melonjak lebih dari 7% setelah Israel memulai serangan udara terhadap Iran. Israel berdalih serangan itu dilakukan karena Iran hampir memperoleh senjata nuklir.

Baik Israel maupun Iran saling melancarkan serangan udara, termasuk terhadap infrastruktur energi. Namun fasilitas utama ekspor minyak belum ada yang terkena.

"Israel belum menyentuh Pulau Kharg, dan itulah poin pentingnya saat ini," ujar Yawger dari Mizuho.

Menurutnya jika Kharg diserang, harga minyak kemungkinan akan melonjak hingga US$ 90 per barel. Harry Tchilinguirian, kepala riset dari Onyx Capital Group, mengatakan, harga minyak ke depannya akan sangat bergantung pada perkembangan konflik kedua negara.

"Semua tergantung pada bagaimana konflik ini berkembang dalam kaitannya dengan aliran energi. Sejauh ini, kapasitas produksi dan ekspor belum terganggu, dan belum ada upaya dari pihak Iran untuk menghambat arus minyak melalui Selat Hormuz," tutupnya.

(kil/kil)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |