Harga emas turun dari rekor tertingginya pada Kamis (6/2/2025) seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
Harga Emas Dunia Turun dari Rekor Tertinggi saat Dolar AS Menguat. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga emas turun dari rekor tertingginya pada Kamis (6/2/2025) seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS), meski permintaan aset safe haven tetap kuat di tengah ancaman tarif dari Donald Trump.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) terkoreksi 0,39 persen ke USD2.855,92 per troy ons, setelah menyentuh level tertinggi sepanjang masa (ATH) sehari sebelumnya.
Harga emas telah naik 9,3 persen dalam sebulan terakhir di tengah kebijakan tarif baru pemerintahan AS yang dipimpin Trump yang mengganggu arus perdagangan global.
Mengutip MT Newswires, Washington telah memberlakukan tarif 10 persen pada impor dari China, mengancam mengenakan bea masuk 25 persen untuk produk dari Kanada dan Meksiko—dua mitra dagang utama AS—serta mempertimbangkan pengenaan tarif pada barang impor dari Uni Eropa.
"Meski tarif terhadap China menjadi sorotan utama, kebijakan tarif ini kemungkinan terus berlanjut dan meluas. Kami melihat emas akan mendapat manfaat sebagai diversifikasi sekaligus aset safe haven,” kata ahli strategi komoditas di RBC Capital Markets, Christopher Louney.
“Baik sebagai lindung nilai terhadap risiko maupun sebagai bagian dari portofolio, ketidakpastian ini akan mendorong lebih banyak alokasi ke emas," ujarnya
Meski mengalami koreksi hari ini, analis memperkirakan harga emas masih naik lebih tinggi.
"Ketidakpastian terkait perdagangan dan tarif akan terus menopang harga emas," kata analis ING Economics dalam laporannya, dilansir dari Dow Jones Newswires.
“Jika ketegangan perdagangan meningkat dan terjadi lebih banyak tindakan balasan, permintaan emas sebagai aset safe haven akan tetap kuat."
ING Economics juga mencatat lonjakan permintaan exchange-traded fund (ETF) emas dalam beberapa sesi terakhir setelah sempat tertekan pada kuartal IV-2024.
"Penguatan dolar, aksi ambil untung, serta kenaikan imbal hasil obligasi dari level terendahnya kemungkinan menjadi faktor yang membebani emas menjelang laporan ketenagakerjaan AS," ujar ahli strategi pasar senior di RJO Futures, Daniel Pavilonis.
Nonfarm payrolls (NFP) AS diperkirakan bertambah 170.000 pekerjaan setelah melonjak 256.000 pada Desember, menurut survei ekonom Reuters. Tingkat pengangguran diperkirakan tetap di level 4,1 persen.
Pasar tenaga kerja yang tetap kuat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memungkinkan Federal Reserve (The Fed) AS menghentikan pemangkasan suku bunga sambil mengevaluasi dampak kebijakan fiskal, perdagangan, dan imigrasi Trump terhadap inflasi.
"Selain volatilitas pasar secara umum, inflasi yang mulai merangkak naik juga mendorong emas sebagai aset safe haven," kata Chief Operating Officer di Allegiance Gold, Alex Ebkarian.
"Emas sedang menuju USD2.900, dan sentimen tetap kuat meskipun dalam jangka pendek dolar menguat."
Dolar menguat setelah melemah dalam dua sesi berturut-turut, dengan indeks ICE Dollar terakhir naik 0,13 poin ke 107,7.
Imbal hasil obligasi AS bergerak bervariasi. Surat utang dua tahun terakhir berada di level 4,206 persen, naik 0,9 basis poin, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun turun 0,3 basis poin menjadi 4,429 persen. (Aldo Fernando)