Jepang harus memperbaiki segala kesalahpahaman yang disematkan Presiden AS Donald Trump bahwa bank sentral Jepang sengaja melemahkan yen.
Eks Gubernur BoJ Kuroda: Jepang Harus Klarifikasi Isu Manipulasi Yen. Foto: MNC Media.
IDXChannel - Jepang harus memperbaiki segala kesalahpahaman yang disematkan Presiden AS Donald Trump bahwa bank sentral Jepang sengaja melemahkan yen melalui kebijakan moneter.
Hal tersebut diungkapkan mantan Gubernur Bank of Japan (BoJ), Haruhiko Kuroda.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa Jepang dan China tidak bisa terus menurunkan nilai mata uang mereka. Tindakan demikian disebut tidak adil bagi Amerika Serikat.
Saat ditanya tentang pernyataan Trump, Kuroda mengatakan dalam sebuah wawancara televisi Jepang bahwa ada batasan terhadap apa yang bisa dilakukan Jepang untuk menopang yen jika dolar menguat akibat prospek inflasi AS yang lebih tinggi akibat tarif yang direncanakan Trump.
"Faktanya, pemerintah Jepang telah melakukan upaya besar untuk mencegah pelemahan yen, seperti dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mendukung mata uangnya," kata Kuroda dilansir Japan Times, Sabtu (8/3/2025).
Setelah periode panjang kebijakan moneter ultra-longgar, Bank of Japan (BOJ) mulai menaikkan suku bunga, sementara pemerintah melakukan intervensi langka di pasar valuta asing pada 2022 dan tahun lalu untuk memperkuat yen, yang pada Juli mencapai level terendah dalam 38 tahun, mendekati 162 per dolar. Dolar mengakhiri pekan ini di sekitar 148 Yen.
"BOJ tidak secara sengaja melemahkan yen melalui kebijakan moneter. Jika ada kesalahpahaman mengenai hal itu, maka perlu diluruskan," kata Kuroda.
Meskipun dia telah berbicara di beberapa seminar, ini adalah pertama kalinya Kuroda tampil di televisi sejak pensiun sebagai kepala BOJ.
Bank sentral Jepang sedang membongkar kebijakan pelonggaran moneter radikal yang dirancang oleh Kuroda selama masa jabatannya pada 2013-2023 untuk membebaskan Jepang dari dekade deflasi dan pertumbuhan yang tersendat.
Di bawah kepemimpinan Kuroda, BOJ meluncurkan program pembelian aset besar-besaran pada 2013, kemudian menerapkan suku bunga negatif dan pengendalian imbal hasil obligasi pada 2016.
Pelemahan yen akibat dampak awal stimulus, serta penurunan lebih lanjut yang didorong oleh prospek suku bunga rendah berkepanjangan, mendapat kritik dari Washington, termasuk dari pemerintahan pertama Trump, yang menuduh negara tersebut sengaja melemahkan yen untuk memberikan keunggulan kompetitif bagi ekspor Jepang.