Dinamika Pilpres Berakhir, Tren Rights Issue 2025 Lebih Semarak 

8 hours ago 3

Aksi korporasi penambahan modal dengan skema rights issue bakal kembali meriah pada 2025.

 dok Freepik)

Dinamika Pilpres Berakhir, Tren Rights Issue 2025 Lebih Semarak (Foto: dok Freepik)

IDXChannel - Aksi korporasi penambahan modal dengan skema rights issue bakal kembali meriah pada 2025. Hal ini seiring dengan momentum pemulihan pasar setelah pemilu presiden (Pilpres) berakhir.

Tidak seperti penerbitan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO), rights issue tidak ditawarkan kepada masyarakat umum. Namun hanya kepada pemegang saham yang sudah ada atau investor lama.

Istilah lain dari rights issue adalah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Dalam rights issue, pemegang saham diberikan hak untuk membeli saham tambahan perusahaan dengan harga tertentu (biasanya lebih murah dari harga pasar) atau dalam jumlah yang sesuai dengan kepemilikan saham mereka saat ini.

Jika dibandingkan dengan penerbitan obligasi, emiten yang melakukan rights issue tidak perlu membayar bunga atau pokok utang. Bahkan, dana yang terkumpul bisa langsung masuk sebagai ekuitas untuk memperkuat neraca keuangan perusahaan. 

Di sisi lain, rights issue kadang dianggap sinyal kebutuhan dana mendesak, yang bisa menurunkan harga saham. Jika pemegang saham tidak mengambil haknya, persentase kepemilikan mereka akan berkurang. 

Karena itu, dalam setiap rencana HMETD, emiten yang bersangkutan akan meminta persetujuan investor dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Berdasarkan data Bursa, total penghimpunan dana rights issue sepanjang 2024 mencapai Rp34,42 triliun dari 15 perusahaan tercatat.

Adapun sektor keuangan dan infrastruktur menjadi dua sektor dominan yang berkontribusi besar dalam penggalangan dana melalui mekanisme ini. Di mana sektor keuangan berkontribusi senilai Rp14,15 triliun, sedangkan infrastruktur sebesar Rp13,15 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, perusahaan di sektor keuangan umumnya memanfaatkan hasil rights issue untuk peningkatan modal dan memenuhi ketentuan modal inti minimum.

Sementara itu, perusahaan di sektor infrastruktur menggunakan dana rights issue untuk membiayai proyek-proyek strategis yang tengah berjalan.

“Serta memperkuat struktur permodalan,” kata Nyoman kepada wartawan pasar modal, dikutip Kamis (9/1/2025).

Proyeksi Rights Issue 2025

Aktivitas rights issue tahun ini akan kembali normal setelah cenderung melambat pada 2024 akibat adanya dinamika pemilu dan pergantian kepemimpinan.

Momentum pemulihan pasar ditambah dengan fundamental ekonomi domestik yang solid diyakini akan mendorong lebih banyak emiten untuk menggelar rights issue sebagai opsi penambahan modal pada 2025.

"Ini wajar tapi nanti sentimen sudah mereda misalnya dari dinamika pemilu nanti tren dan jumlah rights issue akan kembali normal pada 2025," ujar Senior Information Investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta kepada IDX Channel, Jumat (10/1/2025).

Menurutnya, dalam kondisi pasar yang optimis, kepercayaan investor terhadap pasar saham secara keseluruhan meningkat. Rights issue biasanya akan disambut baik karena investor melihat potensi keuntungan di masa depan.

Sebaliknya, dalam kondisi pasar yang tidak pasti misalnya, saat krisis ekonomi atau tahun politik, investor cenderung berhati-hati, sehingga rights issue kurang diminati.

"Tren rights issue sejauh ini memberikan dampak positif terhadap kepercayaan dari pelaku pasar terhadap emiten yang bersangkutan. Pasar modal kita karena juga dinamis dan emiten juga harus mengeksekusi rights issue untuk ekspansi bisnis agar bisa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dari sisi kinerja perusahaan," tutur Nafan.

Secara terpisah, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menyebut, tren rights issue akan tetap menarik terutama bagi perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan ingin memanfaatkan momentum pemulihan pasar. 

Namun, investor perlu melakukan analisis yang cermat terhadap setiap perusahaan yang melakukan rights issue sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Misalnya, apakah dana dari rights issue akan digunakan secara efektif untuk ekspansi bisnis atau memperbaiki struktur keuangan.

"Jika investor percaya bahwa perusahaan memiliki manajemen yang baik dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan, mereka akan lebih cenderung menggunakan haknya untuk membeli saham baru," kata Sukarno kepada IDX Channel, Kamis (9/1/2025).

Hingga 3 Januari 2025, ada 8 emiten yang bersiap melakukan rights issue pada 2025. Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor.

Sektor bahan baku mendominasi sebanyak 3 perusahaan, disusul 2 masing-masing terkait energi, dan kesehatan. Selanjutnya adalah 1 dari sektor infrastruktur.

Dalam cacatan IDX Channel, beberapa perusahaan tercatat yang akan menggelar rights issue tahun ini adalah PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI), PT Green Power Group Tbk (LABA), PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK), PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA).

(DESI ANGRIANI)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |