Bursa Saham Asia Melemah Jelang Akhir Pekan

5 hours ago 2

Bursa saham Asia cenderung turun pada perdagangan Jumat (10/1/2025) pagi.

 Reuters)

Bursa Saham Asia Melemah Jelang Akhir Pekan. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung turun pada perdagangan Jumat (10/1/2025) pagi.

Menurut data pasar, pukul 09.46 WIB, Indeks Nikkei 225 melemah 0,71 persen ke bawah 39.350, sementara Indeks Topix yang lebih luas terkoreksi 0,31 persen ke 2.727 pada perdagangan Jumat.

Kedua indeks mencatat penurunan selama tiga sesi berturut-turut dan menuju penurunan mingguan kedua secara beruntun.

Sentimen investor menjadi hati-hati menjelang laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan dapat memengaruhi pandangan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) untuk tahun ini.

Pasar global juga mendapat tekanan pada Kamis setelah risalah pertemuan terbaru The Fed mengindikasikan kemungkinan perlambatan dalam pelonggaran kebijakan akibat kekhawatiran berlanjutnya inflasi.

Belanja rumah tangga riil Jepang turun 0,4 persen secara tahunan pada November, meleset dari ekspektasi penurunan 0,6 persen.

Soal berita korporasi, saham Fast Retailing, pemilik Uniqlo, anjlok 7 persen setelah melaporkan hasil yang lebih lemah dari perkiraan di pasar China, meskipun perusahaan mencatat laba dan pendapatan yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Indeks CSI 300 China juga melemah 0,02 persen, sedangkan Shanghai Composite naik 0,08 persen dan Hang Seng tumbuh 0,13 persen.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah China meningkat setelah bank sentral negara tersebut memutuskan untuk menangguhkan pembelian obligasi sementara waktu karena pasokan yang terbatas.

Lebih lanjut, indeks ASX 200 Australia turun 0,61 persen, STI Singapura jatuh 1,44 persen.

Di AS, pasar tutup pada Kamis waktu setempat untuk menghormati pemakaman mantan Presiden Jimmy Carter. Namun, pada Jumat, data ketenagakerjaan, termasuk angka nonfarm payrolls (NFP) untuk Desember, akan menjadi fokus para pelaku pasar.

Untuk pasar obligasi global, laporan ketenagakerjaan AS bulan Desember menjadi penentu penting. Median perkiraan menunjukkan kenaikan 160.000 pekerjaan dengan tingkat pengangguran bertahan di 4,2 persen.

Jika hasilnya lebih kuat, imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun diperkirakan mencapai puncak 13 bulan, yang juga dapat menguatkan nilai dolar AS.

Analis ING memprediksi kenaikan di bawah 150.000 pekerjaan diperlukan untuk mencegah kenaikan lebih lanjut pada imbal hasil Treasury.

"Payrolls, seperti biasa, adalah laporan yang sangat penting. Namun, kali ini, diperlukan penyimpangan besar dari konsensus untuk memberikan efek signifikan," ujar kepala penelitian wilayah Amerika di ING, Padhraic Garvey.

"Melihat pergerakan saat ini pada Treasury, ada pembicaraan bahwa data Jumat harus cukup kuat untuk melanjutkan momentum ini. Dalam konteks ini, ada potensi reaksi penurunan yield jika hasil sesuai konsensus," ujarnya.

Semalam, Presiden The Fed Philadelphia Patrick Harker menyatakan, ia memperkirakan bank sentral AS akan memangkas suku bunga, namun menambahkan bahwa langkah segera belum diperlukan. Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid menunjukkan sikap enggan untuk menurunkan suku bunga.

Pasar kini telah memangkas ekspektasi menjadi sekitar 43 basis poin pemangkasan suku bunga AS untuk 2025. Sementara itu, kekhawatiran akan potensi agenda inflasi presiden terpilih AS Donald Trump turut mendorong kenaikan imbal hasil jangka panjang. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |