Bursa Asia Bergerak Beragam di Tengah Kenaikan Wall Street

1 week ago 13

Bursa saham Asia bergerak variatif pada Rabu (5/2/2025) di tengah reli yang dipimpin sektor teknologi di Wall Street semalam.

 Reuters)

Bursa Asia Bergerak Beragam di Tengah Kenaikan Wall Street. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia bergerak variatif pada Rabu (5/2/2025) di tengah reli yang dipimpin sektor teknologi di Wall Street semalam.

Berdasarkan data pasar, hingga pukul 09.24 WIB, Indeks Nikkei 225 melemah 0,15 persen, sementara indeks Topix yang lebih luas naik tipis 0,07 persen.

Mengutip Trading Economics, sentimen pasar membaik karena AS dan mitra-mitranya mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati terhadap tarif.

Data menunjukkan, upah riil di Jepang mencatat pertumbuhan positif selama dua bulan berturut-turut pada Desember, didorong oleh kenaikan bonus musim dingin.

Hal ini mendukung ekspektasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan terus menaikkan suku bunga pada 2025.

Selain indeks saham Jepang, indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,28 persen, Shanghai Composite terkoreksi 0,40 persen, dan STI Singapura memerah 0,12 persen.

Berbeda, KOSPI Korea Selatan tumbuh 1,00 persen dan  ASX 200 Australia meningkat 0,61 persen.

Wall Street Menguat

Indeks saham utama AS atau Wall Street ditutup menguat pada Selasa, mengabaikan kekhawatiran perdagangan setelah China mengumumkan serangkaian tarif balasan terhadap AS.

Nasdaq Composite naik 1,4 persen ke 19.654, sementara S&P 500 menguat 0,7 persen ke 6.037,9. Dow Jones Industrial Average bertambah 0,3 persen ke 44.556. 

Mengutip MT Newswires, sektor energi memimpin kenaikan dengan kenaikan 2,2 persen, sedangkan utilitas menjadi sektor dengan pelemahan terbesar.

China mengumumkan tarif tambahan 15 persen untuk impor batu bara dan gas alam cair dari AS, serta bea masuk 10 persen untuk minyak mentah dan mesin pertanian asal AS, yang mulai berlaku pada 10 Februari.

Sebelumnya, pemerintahan Donald Trump mengumumkan tarif 25 persen untuk barang dari Kanada dan Meksiko, serta bea masuk 10 persen untuk impor dari China. 

Namun, pada Senin, Presiden Donald Trump menunda pemberlakuan tarif terhadap Kanada dan Meksiko selama satu bulan.

"Meski ada ketidakpastian, ancaman terhadap pasar, dan dampak pada hubungan internasional, pemerintahan Trump tetap menekankan tarif sebagai alat untuk mendorong kerja sama dan menciptakan perdagangan yang adil," kata analis Stifel dalam catatannya. 

“Namun, tarif tidak datang tanpa biaya, dan sebagian besar kenaikan harga akan ditanggung oleh konsumen akhir."

Kepala Strategi Investasi di CFRA Research, Sam Stovall, mengatakan, "Presiden begitu cepat menawarkan penundaan tarif selama 30 hari kepada Meksiko dan Kanada, sehingga tampaknya ia hanya ingin segera mendeklarasikan kemenangan tanpa banyak perubahan dari sisi perdagangan."

"Iklim pasar hari ini lebih lega, tapi kita akan lihat apakah sebulan ke depan investor masih bisa bernapas lega," katanya.

Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun turun 4,5 basis poin menjadi 4,22 persen, sementara obligasi 10 tahun melemah 2,2 basis poin ke 4,52 persen.

Di sisi ekonomi, jumlah lowongan kerja di AS turun menjadi 7,6 juta pada akhir Desember, lebih rendah dari revisi naik November sebesar 8,16 juta. Konsensus Bloomberg memperkirakan angka 8 juta. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |