Bolehkah Pasien Gagal Ginjal Melakukan Perjalanan Mudik? Ini Tips dari Dokter

3 hours ago 2

Bolehkah Pasien Gagal Ginjal Melakukan Perjalanan Mudik? Ini Tips dari Dokter

Bolehkah Pasien Gagal Ginjal Melakukan Perjalanan Mudik? (Foto: Shutterstock)

Mudik bagi pasien dialisis atau penderita gagal ginjal bisa saja dilakukan, namun tetap perlu perencanaan yang matang agar perjalanan tetap aman dan nyaman.

Seperti diketahui, pasien dialisis adalah individu yang menjalani terapi cuci darah (dialisis) karena ginjal mereka tidak lagi berfungsi dengan baik dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan dari tubuh. 

Dialisis biasanya diperlukan bagi penderita gagal ginjal kronis stadium akhir (stadium 5) atau kondisi gagal ginjal akut tertentu yang menghambat fungsi ginjal secara mendadak.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Donnie Lumban Gaol mengatakan, mudik bagi pasien dialisis memerlukan persiapan khusus agar perjalanan tetap aman dan nyaman.

“Intinya harus bijaksana, dalam mengendalikan asupan cairan dan mengendalikan asupan karbohidrat ataupun tinggi protein,” ujar dr. Donnie, saat diwawancara di Mayapada Hospital, Jakarta Selatan baru-baru ini.

“Jadi intinya dalam perjalanan, terutama untuk pasien-pasien cuci darah, selalu hindari minum yang terlalu banyak, kemudian asupan garam yang terlalu banyak, karena itu akan menimbulkan haus,” lanjutnya.

dr. Donnie melanjutkan, pasien dialisis juga harus memastikan bahwa kondisi mereka stabil sebelum berangkat. Jika menjalani hemodialisis, cari rumah sakit atau klinik dialisis di tempat tujuan dan buat janji lebih awal.

Dr Donnie

“Kemudian tau lokasi di mana tempat cuci darah terdekat, kalau ada emergency, harus dijaga. Untuk pasien yang belum menjadi dialisis, atau pasien yang dekat dengan dialiasis, maka harus menjaga supaya tetap mengendalikan gula darah dan juga ya kembali lagi, ukur tekanan darah kalau memang bisa di rumah atau tempat yang dituju,” bebernya lagi. 

“Kalau memang terjadwal (cuci darah) dia harus terus sesuai dengan jadwalnya dia. Kadang-kadang ada pasien yang dia mendapatkan jadwal di tempat lain, dia izin dari kita, kita bikin surat, dan komunikasi bahwa ini adalah pasien dialisis atau cuci darah. Tidak boleh berhenti, karena itu akan nyawanya akan menjadi bahaya,” sambungnya.

Kasus Penyakit Ginjal Kronis Meningkat di Indonesia

Sebagai informasi, penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi PGK mencapai 0,38 persen dari total populasi, yang setara dengan sekitar 713.783 orang. 

Selain itu, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami penyakit ginjal, termasuk di usia muda. 

Data Indonesian Renal Registry (IRR) juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dari 21.759 pada tahun 2013 menjadi 52.835 pada tahun 2016.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |