BI Pangkas Suku Bunga, Ekonom Sebut Dapat Genjot Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2 months ago 36

Langkah ini dianggap sebagai kebijakan yang bersifat "preemptive" dan "forward-looking," dengan mempertimbangkan rendahnya inflasi serta stabilitas Rupiah

MNC Media)

BI Pangkas Suku Bunga, Ekonom Sebut Dapat Genjot Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 5,75 persen bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga, terutama di kelompok menengah ke bawah. 

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, langkah ini dianggap sebagai kebijakan yang bersifat "preemptive" dan "forward-looking," dengan mempertimbangkan rendahnya inflasi serta stabilitas Rupiah yang masih cukup terjaga. 

Namun, ia mengakui bahwa dampak kebijakan moneter memiliki time lag, sehingga kenaikan konsumsi bergantung pada efektivitas penurunan suku bunga dalam mendorong kredit konsumsi dan meningkatkan likuiditas rumah tangga. 

"Kenaikan konsumsi akan tergantung pada sejauh mana penurunan suku bunga diterjemahkan menjadi kredit konsumsi yang lebih murah dan peningkatan likuiditas bagi rumah tangga," kata dia di Jakarta Senin (3/2/2025).

Penurunan suku bunga juga memiliki potensi untuk mendorong investasi swasta dengan menurunnya biaya pembiayaan. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada sentimen pasar dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Bank Indonesia menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas Rupiah, dan inflasi. 

Dengan kebijakan ini, BI berupaya mengelola depresiasi Rupiah agar tetap terkendali sehingga aset lokal tetap menarik bagi investor asing. Namun, ketidakpastian global dan potensi pelebaran defisit neraca berjalan harus dikelola dengan baik untuk mempertahankan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. 

"Ketidakpastian global dan risiko pada neraca berjalan yang melebar perlu dikelola dengan baik agar investor swasta tetap percaya diri," kata dia.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menuturkan, pergerakan suku bunga pinjaman konsumsi dan investasi cenderung memiliki volatilitas yang lebih kecil dibandingkan suku bunga acuan. 

Dengan demikian, penurunan suku bunga oleh BI tidak serta-merta diikuti oleh perbankan dalam menurunkan suku bunga pinjaman. Hal ini menyebabkan adanya jeda waktu atau delay dalam transmisi kebijakan moneter ke sektor riil. 

"Konsekuensinya apa? Pada waktu BI nurunin suku bunga, saya melihat ada delay untuk penurunan suku bunga pinjaman dan sebagainya," kata Tauhid. 

Selain itu, Tauhid menjelaskan bahwa efek dari kebijakan pemangkasan suku bunga ini baru akan terasa dalam jangka waktu tiga hingga enam bulan ke depan. Mengingat penurunannya hanya sebesar 25 basis poin, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi kemungkinan besar masih terbatas. 

(kunthi fahmar sandy)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |