Bantuan makanan tiba di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Militer Israel memulai jeda aktivitas militer taktis lokal di tiga wilayah berpenduduk padat di Gaza selama 10 jam sehari. Selama jeda aktivitas militer, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Seorang tentara bayaran asal Amerika Serikat (AS) yang bekerja di lokasi distribusi bantuan di Jalur Gaza mengisahkan seorang bocah Palestina yang ditembak mati tentara Israel. Amir, nama anak berusia lima tahun tersebut, menjadi korban penembakan setelah mengucapkan terima kasih atas makanan yang diberikan.
Anthony Aguilar, seorang pensiunan tentara yang pernah berdinas di militer AS selama 25 tahun, mengisahkan dalam sebuah wawancara pada Selasa (29/7/2025) lalu dalam sebuah platform UnXeptable, saat berbagi kisah mengerikan yang terjadi di lokasi distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF). “Sangat emosional bagi saya untuk melewatinya, “kata Aguilar tulis Al Mayadeen yang dikutip Republika, Kamis (31/7/2025).
"Saya ingin mengatakan kepada rakyat Amerika dan rakyat Israel .... Warga sipil di Gaza yang mendapatkan makanan, mereka kelaparan, mereka bukan binatang, mereka diperlakukan seperti binatang," kata dia dalam wawancara tersebut.
Aguilar menggambarkan adegan yang terjadi pada 28 Mei 2025 lalu. Kala itu, Amir kecil sedang berdiri bersama kerumunan. Dia kemudian berjalan mendekat ke arah Aguliar dan mengulurkan tangannya. Tentara yang sedang berjaga tersebut padaawalnya merasa tidak enak karena sudah tidak memiliki bantuan apapun untuk diberikan kepada Amir.
Akan tetapi, Amir justru mengulurkan tangannya. “Saya memanggilnya untuk datang. Saya bilang, kemarilah. Dan dia memegang tangan saya dan mencium tangan saya. Dia mencium tangan saya dan berkata, Syukran (terima kasih),”kisah Aguilar.