Bapanas mengklaim kebijakan setop impor beras Indonesia telah memberikan dampak bagi dunia dengan turunnya harga beras.
Bapanas Klaim Kebijakan RI Setop Impor Bikin Harga Beras Dunia Turun. (Foto: Dok. BMKG)
IDXChannel - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengklaim kebijakan setop impor beras Indonesia telah memberikan dampak bagi dunia. Disebutnya, kebijakan tersebut telah membuat harga beras dunia turun.
Dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Banten bersama Menko Pangan Zulkifli Hasan, Arief menyampaikan beras dari beberapa negara telah turun secara berkala sejak Indonesia mengumumkan kebijakan setop impor beras di akhir 2024.
Tren penurunan harga beras terus berlangsung, baik itu di Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar hingga Januari 2025, menjadikan kebijakan setop impor beras begitu luar biasa bagi pasar internasional.
"Ternyata kebijakan kita turut memicu harga beras di pasar dunia turun. Begitu Pak Menko sampaikan bahwa kita tidak mengimpor 4 produk pangan, salah satunya beras. Beras dari beberapa negara turun mulai dari USD640 per metrik ton, turun lagi ke USD590 sampai USD490. Hari ini sudah dekat-dekat di USD400-an. Jadi luar biasa kebijakan kita hari ini," kata Arief, dikutip Minggu (12/1/2025).
Berdasarkan data perkembangan harga beras putih 5 persen (Free on Board) dari beberapa negara, terlihat rerata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 berada di rentang harga USD622 sampai USD655 per metrik ton.
Per 19 Desember 2024, terdapat momen setelah pengumuman setop impor beras Indonesia, harga beras pun mulai menurun di rentang USD455 sampai USD514 per metrik ton.
Pada Januari 2025, India sudah mulai membuka keran ekspornya. Tren harga beras putih pun semakin menurun, tepatnya pada 8 Januari 2025 menjadi rentang USD430 sampai USD490 per metrik ton.
Sementara menukil The FAO All Rice Price Index (FARPI) menyebutkan Indeks di Desember 2024 menurun 1,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin. Namun dilihat secara setahun penuh, rerata indeks FARPI di 2024 masih lebih tinggi 0,8 persen dibandingkan 2023.