Perilaku impulsive buying yang tidak diubah dapat membentuk kebiasaan buruk dalam jangka panjang.
4 Solusi untuk Mengatasi Sifat Impulsive Buying, Atasi Sebelum Menyesal. (Foto: Freepik)
IDXChannel—Apa solusi untuk mengatasi sifat impulsive buying? Impulsive buying atau pembelian impulsif adalah perilaku belanja tanpa perencanaan atau pertimbangan matang, dan dilakukan secara mendadak.
Melansir Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (7/2), Bas Verplanken dan Astrid Herabadi menjelaskan impulsive buying adalah pembelian tidak rasional, diasosiasikan sebagai pembelian cepat dan tidak direncanakan, diikuti dengan konflik pikiran dan dorongan emosional.
Secara sederhana, impulsive buying adalah perilaku belanja yang boros, di mana individu berbelanja bukan karena kebutuhan penting, melainkan karena dorongan hasrat semata. Seorang impulsive buyer membeli barang tanpa perencanaan dan pertimbangan.
Robert J. Fisher dan Dennis W. Rook dalam penelitian tentang perilaku impulsive buying menjelaskan empat aspek yang terdapat dalam perilaku tersebut, yakni:
- Pembelian yang tidak diharapkan, tetapi konsumen termotivasi untuk membeli langsung saat ini juga (spontanitas)
- Terdapat motivasi untuk mengesampingkan hal lain dan bertindak seketika
- Terdapat desakan yang mendadak dan disertai dengan emosi (kegairahan dan stimulasi)
- Tidak memikirkan hal-hal negatif sebagai risiko atas tindakan spontan yang dilakukannya (tidak peduli akibat)
Agar kebutuhan hidup terpenuhi—baik dalam jangka pendek dan panjang—uang harus dikelola secara cermat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengelolaan uang yang baik juga menghindarkan individu dari risiko-risiko keuangan.
Misalnya, berutang secara berlebihan, ketiadaan dana darurat, dan ketiadaan dana pensiun atau sumber pemasukan yang andal saat masa pensiun. Perilaku impulsive buying yang tidak diubah dapat membentuk kebiasaan buruk dalam jangka panjang.
Lantas apa solusi untuk mengatasi sifat impulsive buying?
Solusi Untuk Mengatasi Sifat Impulsive Buying, Atasi Sebelum Terlambat
1. Membiasakan Mindful Shopping
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, mindful shopping berarti belanja dengan penuh kesadaran. Seperti apa wujud kesadaran penuh dalam pengambilan keputusan saat berbelanja?
Orang yang berbelanja dengan kesadaran penuh membeli barang karena alasan yang rasional, yakni untuk memenuhi kebutuhan dan tidak sebatas memenuhi rasa ‘ingin memiliki’ yang muncul tiba-tiba.
Bangunlah kesadaran penuh dalam diri, dengan cara melihat dan menyadari betul-betul apa saja yang dibutuhkan dalam satu bulan ke depan. Rasa butuh dan rasa ingin seringkali disalahartikan sebagai perasaan yang sama, padahal berbeda.
Kebutuhan berkaitan dengan hal-hal yang harus ada agar Anda dapat menjalani hidup dengan nyaman dan lancar. Sementara keinginan bersifat subjektif, dan pemenuhannya tidak esensial dalam kepentingan dasar hidup Anda.
2. Praktikkan Mindful Pause
Mindful pause adalah jeda dalam pikiran untuk memberi jarak antara keinginan untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Saat Anda melihat barang dan merasa ingin memilikinya, tunggulah selama beberapa hari atau satu minggu.
Lalu lihat kembali barang tersebut, dan rasakan apakah rasa ingin membeli itu masih muncul dengan intensitas yang sama kuat dengan tujuh hari silam. Mindful pause ini dapat memberi jarak antara hasrat dan proses pengambilan keputusan dalam pikiran Anda.
Sehingga Anda dapat mengevaluasi apakah Anda benar-benar menginginkan barang itu untuk alasan yang rasional dan valid, ataukah Anda menginginkannya tanpa alasan yang jelas dan didorong oleh hasrat semata.
Seringkali ketika seseorang membeli sesuatu secara impulsive, dia sebenarnya tidak sedang betul-betul menginginkannya. Bisa jadi jika dia menuruti hasratnya untuk membeli, keesokan harinya dia akan menyesal.
3. Membuat Perencanaan dan Mematuhinya
Cara lain untuk mengurangi perilaku impulsive buying adalah membeli barang sesuai rencana. Buatlah perencanaan barang-barang apa saja yang hendak dibeli. Jika perlu buatlah skala prioritas, mana yang harus lebih dulu dibeli.
Perhatikan baik-baik daftar barang tersebut, lalu pikirkan mana barang yang tidak begitu dibutuhkan. Anda bisa mencoret barang itu atau menunda pembelian barang itu untuk bulan-bulan berikutnya.
Lalu saat berbelanja, belilah barang yang ada dalam daftar perencanaan itu. Patuhi benar-benar daftar itu dan jangan membeli barang lain yang tidak terdapat dalam perencanaan.
4. ‘Paksa Diri’
Jika Anda merasa sangat sulit menahan diri untuk tidak mengambil keputusan beli secara gegabah. Anda dapat mencoba untuk memberi ‘paksaan’ kepada diri sendiri, yakni dengan membuat hambatan-hambatan secara sengaja agar tidak gampang membeli.
Misalnya, menggunakan metode amplop atau alokasi uang, di mana individu menghitung semua pos alokasi kebutuhan dalam sebulan dan menempatkannya dalam kantong-kantong budget atau amplop yang berbeda.
Individu harus menggunakan uang sesuai pos alokasi yang sudah dibuatnya sendiri. Misalnya, membayar bensin dari amplop uang bensin dan seterusnya. Hambatan juga bisa dibuat dengan menabung secara paksa dengan autodebet.
Tabungan berjangka dengan metode setoran autodebet memungkinkan bank untuk mendebet otomatis sejumlah uang setiap bulan. Uang tabungan itu tidak dapat ditarik sebelum jatuh tempo.
Dengan sebagian uang terdebet otomatis, maka saldo yang tersedia di rekening Anda berkurang, yang berarti juga: uang yang dapat dibelanjakan otomatis berkurang. Tanpa uang siap pakai, mau tidak mau Anda tidak bisa berbelanja sesuka hati.
Itulah beberapa solusi untuk mengatasi sifat impulsive buying.
(Nadya Kurnia)