Pasar modal Amerika Serikat bersiap menghadapi tantangan sejumlah data ekonomi penting pekan depan, setelah tertekan aksi jual terhadap saham teknologi sepekan
Pasar modal Amerika Serikat bersiap menghadapi tantangan sejumlah data ekonomi penting pekan depan, setelah tertekan aksi jual terhadap saham teknologi sepekan.
IDXChannel- Pasar modal Amerika Serikat bersiap menghadapi tantangan sejumlah data ekonomi penting pekan depan, setelah tertekan aksi jual terhadap saham teknologi sepekan ini.
Akhir pekan ini, Dow Jones Industrial Average turun 0,75 persen ke level 44.544,66, S&P 500 anjlok 0,50 persen ke 6.040,53. Nasdaq Composite jatuh 0,28 persen ke 19.627,44.
Perhatian pasar kini akan tertuju pada laporan ketenagakerjaan non-farm payrolls (NFP) yang dijadwalkan rilis Jumat pekan depan.
NFP adalah data yang berisikan laporan jumlah tenaga kerja Amerika Serikat di semua sektor, kecuali sektor pertanian, pegawai pemerintah, pegawai organisasi non-profit, dan pegawai rumah tangga.
Data ini dapat membawa sinyal bagi investor terkait daya tahan pasar tenaga kerja, sekaligus ekspektasi terhadap kebijakan Federal Reserve.
Laporan NFP periode Januari bakal diantisipasi sebagai tolak ukur utama bagi pelaku pasar untuk menilai apakah pasar tenaga kerja masih solid meskipun beban suku bunga tinggi.
Angka NFP yang lebih kuat dari perkiraan dapat memicu kekhawatiran inflasi lebih lanjut, sekaligus menghambat harapan penurunan suku bunga yang lebih cepat.
Melansir Investing, Sabtu (1/2/2025) Fed sebelumnya telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) di level 4,25 persen - 4,5 persen.
Bank sentral AS itu menegaskan ekonomi AS tetap kuat, dengan inflasi masih bertahan di atas target 2 persen. Dalam situasi ini, data ketenagakerjaan yang akan datang menjadi krusial dalam menentukan langkah kebijakan moneter ke depan.
"Jika kita melihat angka ketenagakerjaan yang masih tinggi dengan pertumbuhan upah yang kuat, maka itu dapat menghambat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed," ujar Analis Nuveen, Tony Rodriguez.
Aksi jual investor terhadap saham teknologi juga sempat memicu penurunan tiga indeks utama Wall Street, khususnya Nasdaq yang berbasis tekno.
Sebelumnya muncul kekhawatiran pasar terhadap sektor teknologi menyusul kemunculan startup China, DeepSeek, yang meluncurkan model kecerdasan buatan dengan harga lebih terjangkau.
Meski pasar telah bangkit setelah aksi jual, tekanan jual ini meredam optimisme yang sempat berkembang tentang prospek ekonomi AS.
"Investor dibingungkan oleh berbagai data yang beragam, termasuk berita seputar AI, kebijakan pemerintahan Trump, keputusan FOMC, serta laporan keuangan perusahaan," kata Kepala Strategi Pasar di Nationwide, Mark Hackett.
Pekan depan, fokus investor juga akan tertuju pada laporan keuangan dari dua raksasa teknologi, Alphabet (GOOGL.O), dan Amazon (AMZN.O).
Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Trump juga menambah ketegangan di pasar. Ancaman tarif dagang yang lebih tinggi terhadap mitra dagang utama AS berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global dan menambah beban inflasi di dalam negeri.
(Ibnu Hariyanto)