REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tawakkal merupakan sikap hati yang sangat penting dalam Islam, yang berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam segala hal, baik dalam menghadapi kesulitan maupun dalam mencapai tujuan.
Tawakkal bukan berarti pasif, melainkan percaya bahwa Allah SWT memiliki rencana yang terbaik untuk hamba-Nya, sehingga seseorang yang bertawakkal akan terus berusaha dengan sungguh-sungguh sambil menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Dengan tawakkal, seorang muslim dapat merasa tenang dan tenteram dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, karena ia yakin bahwa Allah SWT selalu bersama dan menolong hamba-Nya yang berserah diri kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman,
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal 'alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja'alallāhu likulli syai`ing qadrā
Allah memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Ayat itu menunjukkan betapa pentingnya tawakkal dalam kehidupan seorang muslim
Tawakal merupakan salah satu akhlak utama Nabi Muhammad yang menjadi teladan sepanjang zaman. Dalam setiap langkah kehidupannya, beliau menunjukkan keseimbangan antara usaha lahiriah dan kebergantungan batin kepada Allah.
Sikap tawakal beliau bukan berarti pasif, melainkan puncak kesadaran bahwa hasil segala urusan sepenuhnya berada dalam kekuasaan Allah. Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. al-Tirmidzi, no. 2344).
Saat hijrah
Salah satu peristiwa yang paling menggambarkan keteguhan tawakal Nabi adalah saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Dalam perjalanan itu, beliau bersama Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur ketika para pemburu Quraisy hampir menemukannya. Abu Bakar merasa cemas dan berkata, “Wahai Rasulullah, jika mereka melihat ke bawah, mereka akan menemukan kita.” Namun Nabi menjawab dengan penuh keyakinan,
“Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah [9]: 40).
Ayat ini menjadi simbol tawakal sejati: ketika usaha telah dilakukan, hati pun berserah penuh kepada pertolongan Allah.