Badan Geologi Pastikan Dentuman Keras di Cirebon bukan Akibat Erupsi

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, dentuman keras yang terekam di Pos Pengamatan Gunung Api Ciremai tidak berasal dari aktivitas erupsi Gunung Ciremai. Menurut Kepala Badan Geologi PVMBG M Wafid, tidak terdeteksi adanya peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung tersebut.

"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, tidak terdeteksi adanya peningkatan aktivitas vulkanik pada Gunung Ciremai," ucap Wafid dalam keterangan tertulis, Senin (6/10/2025).

Ia menuturkan, aktivitas Gunung Ciremai saat ini berada pada level I atau normal. Aktivitas kegempaan dan pengamatan visual menunjukkan kondisi yang stabil. Tidak ada indikasi erupsi atau pun peningkatan tekanan magmatik.

"Adapun mengenai dugaan bahwa suara dentuman tersebut berasal dari meteorit, hal tersebut bukan merupakan ranah tugas dan kewenangan PVMBG Badan Geologi," ujar Wafid.

Ia mengatakan, informasi lebih lanjut terkait fenomena tersebut dapat dikonfirmasi kepada instansi yang berwenang dalam bidang astronomi atau antariksa.

PVMBG Badan Geologi terus melakukan pemantauan secara intensif terhadap aktivitas Gunung Ciremai. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang serta tidak terpancing isu yang belum dapat dipastikan kebenarannya.

Sebelumnya, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan ukuran meteor yang melintas di wilayah Cirebon dan Kuningan antara tiga hingga lima meter. Meteor tersebut jatuh disertai suara dentuman keras di laut Jawa pada Ahad (5/10/2025) selepas magrib.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Prof Thomas Djamaluddin mengatakan meteor yang melintas di wilayah Cirebon dan Kuningan terjadi sekitar pukul 18.35 WIB, Ahad (6/10/2025) malam. Sedangkan gelombang kejutnya terdeteksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada pukul 18.39 WIB.

“Lintasannya diperkirakan melalui wilayah Tasikmalaya, Kuningan, Kabupaten Cirebon, hingga perbatasan Brebes, dan kemungkinan jatuhnya di laut,” ucap dia saat dihubungi wartawan, Senin (6/10/2025).

Terkait video bola api di Tol Ciperna yang beredar di media sosial merupakan hoaks dan tidak berkaitan dengan kejadian yang ada. “Yang terlihat di video itu bukan meteor," ungkap dia.

Hasil analisis awal, Thomas mengatakan meteor terbakar di ketinggian 120 kilometer dan menimbulkan gelombang kejut ketika di ketinggian 50 kilometer. Ia memperkirakan ukuran meteor cukup besar dan seperti peristiwa di Bone Sulawesi tahun 2008.

"Kemungkinan ukurannya cukup besar, sekitar 3–5 meter," kata dia.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik terhadap fenomena tersebut. Thomas pun menegaskan, peristiwa meteor melintas tergolong alami dan tidak berbahaya. Hal itu selama titik jatuhnya bukan di area permukiman penduduk.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |