Jakarta -
Bursa global kembali menguat usai aksi saling balas penetapan tarif tinggi yang dilakukan China dan Amerika Serikat (AS). Diketahui, China menetapkan tarif baru untuk AS sebesar 84% usai Presiden Donald Trump menetapkan tarif tinggi ke Negeri Tirai Bambu itu sebesar 104%.
Berdasarkan data RTI Business, Indeks Dow Jones Index Future (DJIF) saham blue chip atau perusahaan besar AS sempat menguat 0,03% ke level 40.848 pukul 09.15. Indeks tersebut kemudian bergerak melemah ke level 40.828 atau terkoreksi 0,02% pukul 09.39.
Lain halnya dengan Bursa Shanghai Composote Index (SSEC) milik China yang menunjukkan penguatan 1,48% ke level 3.233 pukul 09.15. Indeks tersebut terus bergerak di zona hijau sebagaimana data pukul 09.39, SSEC menguat 1,45% ke level 3.232.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara IHSG, dibuka pada posisi 6.270. IHSG kemudian naik 305 poin atau menguat 5,1% ke posisi 6.273 pada pukul 09.00 saat perdagangan dibuka. Pada perdagangan pagi ini, IHSG sempat mencapai level tertinggi di posisi 6.310,82. Nilainya juga sempat mencapai level terendah hanya di posisi 6.268,92.
Tak hanya IHSG, sejumlah bursa saham Asia juga ikut menguat. Nikkei 225 Index (N225) milik Jepang terpantau menguat 8,32% ke level 34.353, Hang Seng Index (HSI) milik Hong Kong juga menguat 3,76% ke level 21.026, dan Straits Times Index (STI) milik Singapura menguat 5,82% ke level 3.591.
Diketahui, Pemerintah China akan menetapkan tarif balasan terhadap barang-barang impor Amerika Serikat (AS) sebesar 84% yang berlaku mulai Kamis (10/4).
Sebelumnya, China mengumumkan tarif untuk AS sebesar 34% sebagai balasan kenaikan tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump sebesar 50% kepada Negara Tirai Bambu tersebut minggu lalu.
Dikutip dari Reuters, kenaikan tarif yang diterapkan China menyusul tarif resiprokal baru yang diterapkan AS sebesar 104% untuk produk-produk China. Laporan tersebut juga menyebut Uni Eropa sedang mempersiapkan tindakan balasan yang serupa.
Dalam kesempatan berbeda, Pemerintah AS mengaku, sangat menyayangkan Pemerintah China tidak bernegosiasi terkait tarif yang diterapkan AS. Menteri Keuangan Scott Bessent bahkan menyebut, China adalah pelanggar terburuk dalam sistem perdagangan internasional.
"Mereka memiliki ekonomi yang paling tidak seimbang dalam sejarah dunia modern, dan saya dapat memberitahu Anda bahwa eskalasi ini merugikan mereka... Mereka adalah negara surplus," kata Bessent sebagaimana dikutip dari CNN International, Rabu (9/4/2025).
"Ekspor China ke AS lima kali lipat dari ekspor kita ke Tiongkok. Jadi, mereka dapat menaikkan tarif mereka. Lalu kenapa?" tambahnya.
Padahal, kata Bessen, Trump dan Presiden China Xi Jinping masih memiliki hubungan pribadi yang sangat baik. Selain itu, Ia mengatakan, China dan AS dapat bergerak bersama selama Negeri Paman Sam ini terus berupaya menyeimbangkan kembali sektor manufakturnya dan China kembali ke arah konsumen.
Bessent mengatakan, saat ini tengah terjadi Main Streets untuk tumbuh seperti yang telah terjadi di Wall Street selama beberapa dekade.
(kil/kil)