Saham emiten produsen emas kembali menguat pada Selasa (10/1/2025) seiring harga logam mulia acuannya terus menyentuh rekor tertinggi (ATH) anyar.
Saham PSAB-HRTA Cs Naik saat Harga Emas Rekor Lagi. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham emiten produsen emas kembali menguat pada Selasa (10/1/2025) seiring harga logam mulia acuannya terus menyentuh rekor tertinggi (ATH) anyar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.08 WIB, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) meningkat 6,40 persen, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) terkerek 3,57 persen, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) tumbuh 2,21 persen.
Kemudian, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mendaki 1,08 persen, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) terapresiasi 1,40 persen, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menghijau 1,01 persen, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) naik 0,83 persen.
Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi pada Senin (10/2/2025), mendekati level USD3.000 per troy ons seiring meningkatnya permintaan aset safe-haven setelah pemerintahan Donald Trump berencana memberlakukan tarif baru.
Berdasarkan data pasar, emas spot (XAU/USD) ditutup naik 1,64 persen ke level USD2.908,17 per troy ons, setelah sempat menyentuh USD2,911,96 di awal perdagangan Senin.
Dengan ini, emas spot sudah menyentuh tujuh kali rekor tertinggi selama 2025, dua selama Januari dan lima sepanjang Februari.
Dikutip dari MT Newswires, Senin (10/2), kenaikan ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu mengumumkan rencana tarif 25 persen atas impor baja dan aluminium.
Langkah tersebut menambah tarif 10 persen terhadap impor dari China serta ancaman tarif 25 persen untuk Kanada dan Meksiko, yang sebelumnya sempat ditunda selama 30 hari. Trump juga mengancam akan menerapkan tarif baru terhadap impor dari Uni Eropa.
Menurut analis SP Angel, dilansir dari Dow Jones Newswires, meningkatnya risiko perang dagang global menjadi pemicu utama lonjakan harga emas.
China telah mengenakan tarif balasan senilai USD14 miliar terhadap barang-barang AS sebagai respons atas kebijakan ini.
Selain itu, program percontohan di China akan memungkinkan 10 perusahaan asuransi untuk menginvestasikan hingga 1 persen dari portofolio mereka dalam emas, yang diperkirakan setara dengan tambahan permintaan senilai USD27 miliar.
"Perang tarif jelas menjadi faktor utama kenaikan ini. Kondisi ini mencerminkan meningkatnya ketidakpastian dan ketegangan dalam perdagangan global," ujar analis Marex, Edward Meir.
Investor kini menantikan data Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang akan dirilis pekan ini.
Jika data tersebut lebih rendah dari perkiraan, dolar AS bisa melemah dan mengerek harga emas.
Sebaliknya, kata Meir, jika hasilnya lebih tinggi, imbal hasil obligasi AS dapat meningkat dan membebani emas, meski dampaknya diperkirakan terbatas karena tingginya minat beli saat harga turun.
Ketua Federal Reserve (The Fed) AS Jerome Powell juga dijadwalkan memberikan testimoni di Kongres pada Selasa dan Rabu, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS.
Emas telah berkali-kali mencetak rekor baru tahun ini, didorong oleh kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global, perang dagang, dan inflasi tinggi.
Kepala strategi pasar Blue Line Futures, Phillip Streible, memperkirakan harga emas dapat naik lebih lanjut hingga mencapai USD3.250 atau bahkan USD3.500. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.