Saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) jatuh ke level terendah dalam setahun terakhir.
Saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) jatuh ke level terendah dalam setahun terakhir. (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) jatuh ke level terendah dalam setahun terakhir. Harga saham DMAS turun ke Rp143 pada penutupan perdagangan Rabu (5/2/2025) sore ini.
Harga saham pengembang kawasan industri Deltamas, Cikarang, Jawa Barat itu turun 12 persen dalam tiga bulan terakhir. Bahkan, harga sahamnya berada di bawah harga IPO pada 2015 yang kala itu ditetapkan Rp210 per saham.
Kejatuhan harga DMAS ditengarai akibat perusahaan mulai puasa dividen sejak 2024. Saat itu, manajemen memutuskan untuk tidak membagikan dividen final pertengahan tahun yang kemudian berlanjut dengan tidak membagikan dividen interim pada akhir tahun.
Kinerja keuangan Deltamas masih positif. Pada 2024, perseroan membukukan prapenjualan alias marketing sales sebesar Rp1,87 triliun. Angka tersebut lebih tinggi 3,73 persen dari target Rp1,81 triliun meski nilainya sama dengan 2023.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan DMAS, Tondy Suwanto mengungkapkan, penjualan lahan industri menjadi penopang utama marketing sales hingga 96 persen atau Rp1,8 triliun. Sementara dari segmen residensial hanya 2,3 persen (Rp43 miliar) dan segmen komersial 1,64 persen (Rp31 miliar).
"Tercatat sebesar 59 hektare (ha) terjual pada lahan industri selama 2024 ini," katanya.
Tondy mengatakan, sekitar 60 persen marketing sales segmen industri datang dari data center. Hal tersebut terjadi akibat dari perkembangan digital, terutama Artificial Intelligence (AI). Sejumlah perusahaan seperti Microsoft membangun data center di Kota Deltamas.
Di samping itu, perseroan juga terus mengembangkan kawasan Deltamas, terutama dari sisi komersial. Baru-baru ini, AEON Mall dibangun di kawasan itu dalam rangka meningkatkan aktivitas warga di Kota Deltamas.
Analis BRI Danareksa, Ismail Fakhri menilai, marketing sales yang dicapai Deltamas sejalan dengan estimasi. Segmen lahan industri yang didominasi data center memberikan profitabilitas yang maksimal kepada DMAS.
Hal ini terlihat dari harga rata-rata penjualan lahan di 2024 sebesar Rp3,03 juta per meter, lebih tinggi dari 2023 yang sebesar Rp2,71 juta per meter.
"Perkiraan kami, landbank (cadangan lahan) saat ini berdasarkan hasil marketing sales: industri 151 ha, komersial 358 ha, residensial 171 ha, totalnya 680 ha," katanya.
Ismail juga menyoroti upaya manajemen untuk meningkatkan akses di Kota Deltamas mulai dari Flyover Deltamas Bhagasasi, jalan tol baru Japek Selatan II, dan jembatan untuk menuju kereta cepat Whoosh di Stasiun Karawang. Hal ini diharapkan mendongkrak minat penjualan lahan komersial dan residensial yang porsinya masih minim.
Tondy sebelumnya mengatakan, perseroan tengah fokus memperbesar cadangan lahan di sekitar Kota Deltamas. Langkah ini dilakukan untuk memastikan keberlangsungan usaha perusahaan patungan Sinarmas Land dan Sojitz Corporation (Jepang).
Kondisi perusahaan yang membutuhkan dana untuk pengembangan Deltamas dan pembelian landbank kembali menciptakan ketidakpastian soal pembagian dividen kepada pemegang saham pada pertengahan 2025.
Namun, Ismail menyebut harga DMAS saat ini masih terdiskon hingga 76 persen dari Real Net Asset Value (RNAV) perseroan. Oleh sebab itu, dia mempertahankan rating BUY pada saham DMAS dengan target harga Rp190.
(Rahmat Fiansyah)