Saham BREN dan Bank Besar Seret IHSG Turun Lebih dari 1 Persen

8 hours ago 1

Sejumlah saham konglomerat dan bank raksasa kembali menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (11/2/2025).

 Freepik)

Saham BREN dan Bank Besar Seret IHSG Turun Lebih dari 1 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham konglomerat dan bank raksasa kembali menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (11/2/2025).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.11 WIB, IHSG melemah 1,56 persen ke level 6.544. Dengan ini, indeks acuan tersebut memerah 5 hari beruntun.

Dalam sepekan, IHSG turun 7,58 persen dan dalam sebulan minus 6,83 persen.

Saham-saham utama (big cap) menjadi pemberat (laggard) indeks hari ini. Saham geotermal milik taipan Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), misalnya, jatuh 8,27 persen, melanjutkan koreksi dua hari sebelumnya.

Saham Prajogo lainnya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga merosot 2,50 persen.

Sebelumnya, MSCI mengonfirmasi, dikutip dari Stockbit Sekuritas, saham BREN, CUAN, dan PTRO tidak akan dimasukkan dalam MSCI Indonesia Investable Market Index pada review indeks Februari 2025. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan analisis dan masukan mengenai potensi kendala investability.

Tak pelak lagi, kabar dari MSCI tersebut menggegerkan pasar dan membuat saham Prajogo terkena tekanan jual yang besar sejak Jumat (7/2) pekan lalu.

Beberapa Saham konglomerat lainnya juga menekan indeks. Sebut saja, AMMN milik Grup Salim turun tajam 5,26 persen, BYAN besutan Low Tuck Kwong tergerus 3,48 persen, emiten properti milik Aguan-Salim PANI berkurang 3,44 persen.

Di samping nama-nama di atas, saham bank raksasa ikut menjadi laggard, seperti BMRI yang minus 3,00 persen, BBNI yang melemah 1,69 persen, dan BBCA yang berkurang 1,37 persen.

Pasar saham Indonesia, termasuk Asia, terpengaruh kabar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan akan mengenakan tarif tambahan, termasuk pada baja dan aluminium.

Langkah ini berpotensi mendorong inflasi dan membatasi ruang bagi penurunan suku bunga lebih lanjut.

Analis Maybank menjelaskan, pihaknya mewaspadai potensi ketegangan perdagangan yang bisa muncul pada paruh pertama 2025 seiring Trump meningkatkan ancaman tarif dan retorikanya untuk menekan negara lain.

“Hal ini kemungkinan akan meningkatkan volatilitas pasar dan membuat investor lebih berhati-hati," kata Maybank.

"Dengan pasar kini dipaksa menebak-nebak langkah Presiden Trump terkait kebijakan perdagangan selanjutnya, ketidakpastian kebijakan perdagangan AS telah mencapai level tertinggi dalam 40 tahun, kecuali pada musim panas 2019 saat perang dagang AS-China berada di puncaknya," ujar ahli strategi multi-aset di Robeco, Peter van der Welle.

Welle melanjutkan, “Kami memperkirakan volatilitas pasar akan tetap tinggi dalam jangka pendek, mencerminkan risiko signifikan dari potensi pengumuman kebijakan perdagangan berdampak besar terhadap China, Eropa, dan/atau Jepang.” (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |