Rusia Abaikan Sanksi Snapback Terhadap Iran, Moskow Tetap Pasok Senjata ke Teheran

8 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengabaikan keputusan PBB yang menerapkan kembali sanksi terhadap Iran terkait program nuklirnya. Moskow seperti dilaporkan Teheran Times, pada Senin (13/10/2025) mendeklarasikan bahwa tidak mengakui sanksi yang dikenal sebagai snapback dan menegaskan akan melanjutkan kerja sama militer dengan Teheran.

Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan, bahwa Moskow "secara sah memasok Iran dengan perlengkapan militer yang dibutuhkan," sambil menegaskan bahwa kerja sama antara kedua negara berdasarkan hukum internasional dan di bawah perjanjian bilateral yang berlaku.

Pernyataan dikeluarkan Moskow setelah PBB menerapkan kembali sanksi dan pembatasan terhadap Iran sejak 27 September atas desakan dari Prancis, Jerman dan Inggris, yang mengeklaim Iran telah gagal memenuhi komitmen perjanjian nuklirnya. Keputusan itu secara efektif mengaktifkan kembali enam resolusi PBB 1696, 1737, 1747, 1803, 1835, dan 1929.

Penerapan kembali sanksi menargetkan aktivitas nuklir, rudal, senjata konvensional Iran, mewajibkan Iran menangguhkan aktivitas pengayaan uranium, mencegah transfer teknologi rudal balistik, dan menerapkan larangan perjalanan dan pembekuan aset individu dan entitas terkait.

Resolusi PBB juga mengotorisasikan penyitaan senjata dan kargo yang dilarang yang terkait dengan program militer Iran. Rusia menegaskan menolak legitimasi sanksi-sanksi ini, menegaskan bahwa Eropa secara sepihak dan ilegal mengaktifkan kembali mekanisme snapback setelah mereka gagal untuk memenuhi kewajiban perjanjian JCPOA.

Sementara Iran dan Rusia memutuskan melanjutkan implementasi Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif yang telah berlangsung selama 20 tahun, sebuah perjanjian penting yang bertujuan untuk mengembangkan kerja sama di bidang pertahanan, perdagangan, dan energi.

Pakta perjanjian telah ditandatangani oleh Presiden Masoud Pezeshkian dan Presiden Vladimir Putin di Moskow pada 17 Januari 2025 dan sah berlaku pada 2 Okotber 2025 setelah kedua parlemen negara meratifikasinya. Di bawah perjanjian itu, dua pihak berkewajiban dalam pertukaran intelijen, penguatan koordinasi pertahanan, dan saling membantu dalam menangkal ancaman keamanan terhadap kedua negara.

Iran dan Rusia juga berkomitmen untuk tidak membantu negara atau entitas yang beraksi agresif terhadap mereka. Di bawah perjanjian itu, Teheran dan Moskow semakin dalam menjalin kolaborasi di berbagai bidang, termasuk pengadaan militer.

Anggota Dewan Iran belakangan mengonfirmasi datangnya jet-jet tempur Rusia MiG-29 dan menggambarkannya sebagai solusi jangka pendek dalam memordenisasi angkatan udara Iran. Sementara, legislator Abolfazl Zohrevand mengatakan, bahwa jet tempur canggih Sukhoi Su-35 diperkirakan datang secara bertahap sebagai bagian dari rencana pertahanan jangka panjang Iran.

Zohrevand juga menambahkan, sistem pertahanan udara buatan China HQ-9 dan produksi Rusia S-400 juga dintegrasikan dengan jaringan pertahanan udara Iran. Anggota Dewan lain, Fada Hossein Maleki, menambahkan, para Staf Jenderal Iran juga mengejar akuisisi dari sistem pertahanan baik dari China dan Rusia, merefleksikan poros strategis menuju kemitraan Timur di tengah tekanan negara-negara Barat.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |