Naurra R.
Info Sehat | 2025-11-13 12:36:33
Belum genap sebulan menjadi mahasiswa baru di jurusan radiologi, saya sudah menghabiskan 3 hari terbaring seperti pasien sakit keras di Rumah Sakit Khusus Infeksi Universitas Airlangga, dan seminggu setelahnya istirahat pemulihan di rumah. Tidak, bukan karena saya terkena infeksi ganas yang mematikan, atau tipes dan asam lambung seperti kebanyakan mahasiswa semester tua yang tidak sempat mengurus diri karena sibuk membuat laporan, melainkan melaksanakan prosedur biopsi pada jaringan mammae dextra saya untuk dilakukan pemeriksaan laborat mengenai neoplasma (sel yang pertumbuhannya tidak umum) yang tumbuh di bagian sana. Semuanya bermula dari abnormalitas genetik yang sudah turun-menurun dari keluarga, diperburuk dengan kondisi psikis dan konsumsi makanan cepat saji yang mengganggu kestabilan hormon. Dikarenakan kakak saya pun sudah menjalani prosedur yang sama ketika seusia saya, saya sudah bersiap apabila hal yang sama terjadi pada saya, dan singkatnya, terjadilah.
Saya mulai periksa sekitar akhir bulan Mei, yang akhirnya diminta untuk menunggu satu bulan untuk mengamati dengan fokus bagaimana perkembangan abnormalitas berbentuk benjolan tersebut. Sebulan setelahnya, saya melaksanakan prosedur Ultrasonography atau USG dengan dokter obstetri dan ginekologi. Dimulai dengan pengaplikasian gel USG pada jaringan dan mulai dicek dengan transducer. Bagian alat seperti batu dingin berbentuk sapu yang digulirkan ini bekerja dengan mengirim gelombang suara pada organ, nantinya gelombang ini akan memantul saat mengenai organ dan diterima kembali oleh transducer, kemudian diolah menjadi gambar. Nampak di layar jaringannya hanya tumbuh sedikit sekali, hampir tidak tumbuh. Namun, ukurannya memang sudah masuk di kategori yang sebaiknya diangkat karena sudah jelas bentuknya dan bisa diperiksa jenisnya oleh laboratorium bagian patologi anatomi sebelum semakin membesar, dengan diameter benjolan saat itu kurang lebih 1,5 cm.
Karena disarankan untuk biopsi, maka pastilah saya harus melaksanakan prosedur cek darah dan Rontgen alias X-Ray pada bagian dada (Thorax) untuk melihat kondisi paru-paru saya, mana tahu kondisi saya memburuk karena gangguan sirkulasi udara pada saat operasi. Instalasi radiologi saya datangi untuk ambil foto thorax, saya masuk ke tempat kerja impian saya saat lulus nanti. Meski kerap disalahpahami radiologi maksudnya tukang reparasi radio, atau penyiar radio, yah, sudahlah. Saya anggap itu bagian dari kewajiban saya untuk terus mengedukasi orang awam di masa depan, saat saya sudah menjadi radiografer. Saya masuk ke dalam ruangan yang serba putih alat-alatnya, temboknya biru bersih, dan udaranya sangat dingin. Ada seseorang di balik jendela kaca kamar kecil yang menghadap ke ruangan radiologi tempat saya berdiri, ia duduk memerhatikan monitor dengan khusyu’. Sementara teknisi yang lain menyapa saya dengan ramah, menanyakan nama, umur, dan meminta saya untuk melepas perhiasan yang ada di tubuh saya saat itu. Ia juga menanyakan apakah saya menggunakan pakaian dalam berkawat, untungnya tidak.
Saya lepaslah kalung, jam tangan, dan cincin dengan ribetnya karena saya menyambi mengerjakan tugas kuliah dengan laptop saat itu. Dengan barang bawaan seperti mahasiswa yang menginap di kampus, rasanya agak susah untuk bergerak dengan cepat. Kemudian, saat saya sudah percaya diri masuk ruangan, petugas radiologi yang tadi menyambut saya tersenyum kembali sambil berkata, “Mbak, itu lanyard-nya juga dilepas ya,” dengan malu saya kembali ke ruang ganti. Mohon maaf dan harap maklum, Mas, kaki tangan organisasi sering lupa sedang memakai atribut karena sudah terasa menjadi kulit sendiri saking seringnya dipakai. Syukur teknisi ini baik dan ramah, mengutamakan kualitas pelayanan kesehatan yang terdepan. Setelah selesai mengarahkan posisi saya, ia ikut masuk ke dalam ruangan kaca tempat rekan kerjanya fokus dengan monitor dan keluar hanya 10 detik kemudian untuk mengabarkan ambil foto sudah selesai.
Sepulang dari ambil foto thorax, saya berpikir, apakah perhiasan bisa mengganggu distribusi gelombang x-ray? Nah, ternyata, dalam pengambilan foto rontgen, penggunaan perhiasan bisa jadi mengganggu karena logam yang merupakan sebagian besar bahan dasar pembentuk perhiasan memiliki kepadatan tinggi dan menyerap sinar X lebih banyak daripada jaringan atau tulang, yang membuatnya ikut terlihat putih dan menyala dalam hasil pencitraan. Selain itu, tergantung ukuran dan bentuk, perhiasan juga dapat menimbulkan gangguan visual seperti menutupi organ atau artefak gambar. Ilmu baru yang menarik dari radiologi. Jadi, gunakanlah pakaian untuk pemeriksaan dari rumah sakit apabila disediakan, lepas perhiasan yang dapat mengganggu prosedur, dan ikuti arahan dari petugas. Sungguh, hanya sebentar saja, kok, saya kemarin baru selesai menata posisi, katanya petugas, “Sudah, Mbak. Nanti hasilnya diambil waktu masuk rawat inap ya,” bahkan itu belum genap tiga menit setelah saya masuk ke ruangan.
Kurang lebih, begitulah pengalaman saya bersinggungan dengan pendidikan profesi yang sedang saya tempuh saat ini. Sebelum jadi pelaku profesional dan pemberi tindakan, saya sudah dapat ilmu dari menjadi pasien, dan hal ini menguatkan keinginan saya untuk bekerja dan berkarya di bidang radiologi, khususnya sebagai radiografer.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
.png)
3 hours ago
2












































