REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Bali Nena Mawar Sari mengatakan, masyarakat terdampak bencana ekologis di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat turut membutuhkan dukungan sosial.
“Terkait bencana ekologis di Sumatera, menurut saya yang dibutuhkan dalam dukungan sosial yang berdampak pada korban yang pertama adalah dukungan emosional. Itu berupa layanan psikologis yang membuat mereka merasa punya ruang aman untuk bercerita, perasaannya tervalidasi, kemudian juga untuk bisa mengembalikan sisi trauma yang mungkin terjadi,” ujar Nena saat dihubungi Antara dari Jakarta, Jumat (5/12/2025).
Yang kedua, lanjut dia, adalah dukungan praktis misalnya bahan makanan, pakaian obat-obatan, logistik lah ya itu sangat dibutuhkan. Selanjutnya adalah dukungan informasi mengenai posko bantuan bahan pangan atau narahubung yang bisa dihubungi misalnya jika terdapat kondisi-kondisi darurat.
“Ke depan, dukungan komunitas juga akan sangat dibutuhkan agar kita dapat memulihkan kembali rasa memiliki. Misalnya melalui kegiatan memasak bersama, membersihkan lingkungan yang kotor secara gotong royong, serta saling memberikan dukungan. Komunitas diharapkan mampu menjadi wadah yang mengakomodasi kerja sama sehingga individu tidak merasa sendiri,” kata dia.
Lebih jauh, ia juga menjelaskan bahwa gejala pascatrauma usai bencana bisa saja terjadi melalui pengulangan yang terbesit di ingatan. Kemudian mimpi buruk dan juga penurunan kognitif, sulit berkonsentrasi. Di sisi lain juga menghindari pembicaraan, menghindari gambar-gambar tentang bencana menjadi gejala pascatrauma.
Selain itu, dari kondisi fisik juga dapat terjadi shacking atau gemetar. Kemudian bila mendengar tentang hal yang sama merasa seperti akan pingsan, dan kondisi menghambat aktivitas sehari-hari lainnya seperti phobia, depresi, dan lain sebagainya.
Sementara untuk intervensi yang tepat, ahli ataupun psikolog biasanya akan melakukan penanganan awal berupa teknis sederhana untuk bisa membantu menangani gejala-gejala awal dari masalah kesehatan mental. Selain itu, juga dapat dilakukan support group therapy dengan berkumpul bersama-sama untuk membahas masalah-masalah traumatis. Ini agar para korban tidak merasa sendirian dan saling mendukung antarkelompok satu dan yang lainnya.
Sementara untuk penanganan trauma pada anak-anak korban bencana, dapat dilakukan dengan terapi tertentu untuk mengatasinya seperti dengan bermain dan bernyanyi.
“Kemudian bagaimana dia mengekspresikan persamaannya dengan cara lain dengan cara bermain, bernyanyi kemudian juga bisa dengan cognitive behaviour therapy bagaimana bisa mengatasi inti dari ketakutan atau trauma yang dialami, tapi biasanya yang dilakukan oleh psikolog atau konselor yang terlatih,” katanya.
Ia juga mengatakan, korban terdampak bencana dengan gangguan tertentu membutuhkan penanganan segera oleh tenaga profesional. Gejalanya antara lain kesulitan tidur berhari-hari, menangis berlebihan, perubahan perilaku, perubahan pola makan, hingga halusinasi yang disebabkan kehilangan anggota keluarga.
sumber : Antara
.png)
1 hour ago
2















































