Harga emas dunia menguat pekan lalu, usai mencetak rekor tertinggi (all-time high/ATH) baru, didukung oleh gelombang kebijakan moneter yang lebih longgar.
Proyeksi Harga Emas Dunia Pekan Ini, Siap Sentuh ATH Lagi? (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga emas dunia menguat pekan lalu, usai mencetak rekor tertinggi (all-time high/ATH) baru, didukung oleh gelombang kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral utama.
Berdasarkan data pasar, harga emas spot (XAU/USD) naik 0,14 persen ke USD2.797,90 per troy ons pada Jumat (31/1/2025) lalu, penutupan tertinggi baru, melampaui rekor yang disentuh sehari sebelumnya.
Emas juga sempat menembus rekor ke atas level psikologis USD2.800, tepatnya USD2.817,21 per troy ons pada perdagangan intraday Jumat.
Selama pekan lalu, logam mulia ini menguat 0,98 persen, mencatatkan kenaikan mingguan untuk kelima kalinya secara beruntun.
Diwartakan MT Newswires, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan dan tidak memberikan petunjuk mengenai langkah selanjutnya, memperkuat ekspektasi pasar bahwa akan ada dua kali pemangkasan suku bunga di 2025.
Sementara itu, Bank of Canada memangkas suku bunga acuan dan mengumumkan berakhirnya kebijakan pengetatan kuantitatif, serta membuka kemungkinan pembelian utang pemerintah dalam waktu dekat.
Dari sisi kebijakan moneter lainnya, ECB dan Riksbank Swedia juga memangkas suku bunga, sedangkan bank sentral negara konsumen emas utama seperti PBoC dan RBI memberikan sinyal kebijakan moneter yang lebih longgar serta peningkatan likuiditas dalam waktu dekat.
Di sisi lain, investor menanti kejelasan mengenai pertukaran tarif antara negara-negara Amerika Utara setelah laporan menyebutkan bahwa penerapan tarif untuk Kanada dan Meksiko akan ditunda hingga Maret, bukan akhir pekan ini.
Penundaan ini meredakan kekhawatiran terhadap hambatan perdagangan di tengah ketidakpastian kebijakan.
Harga emas juga terdongkrak oleh aksi beli aset safe haven di tengah ketidakpastian pasar akibat kebijakan ekonomi pemerintahan Trump.
Pada Kamis, Trump berjanji akan mengenakan tarif 25 persen atas impor dari Meksiko dan Kanada—dua mitra dagang terbesar AS—mulai Sabtu. Ia juga mengancam memberlakukan tarif terhadap negara lain, memicu kekhawatiran akan pembalasan dan perang dagang global.
"Emas mencetak rekor tertinggi baru karena investor mencari perlindungan di tengah gejolak pasar saham serta ancaman perang dagang global akibat kebijakan tarif Trump, yang bisa mendorong inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi," kata Saxo Bank.
Sementara itu, Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan bahwa Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE)—ukuran inflasi pilihan The Fed—naik 2,6 persen secara tahunan bulan lalu, dari 2,4 persen pada November, sesuai dengan perkiraan konsensus menurut FactSet.
Namun, PCE inti yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi naik 2,8 persen, tetap tidak berubah dari bulan sebelumnya dan juga sesuai dengan perkiraan.
Proyeksi Pekan Ini
Survei mingguan Kitco News menunjukkan para analis dan investor ritel tetap optimistis terhadap harga emas. Mayoritas ahli melihat logam mulia ini masih berpotensi mencetak rekor baru dalam waktu dekat.
Kepala Strategi Pasar di SIA Wealth Management, Colin Cieszynski, menilai emas sedang memulai tren kenaikan baru setelah keluar dari fase konsolidasi. “Menariknya, emas tetap kuat meskipun dolar AS juga menguat,” ujarnya.
Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day, menyebut kekhawatiran terhadap kebijakan tarif AS menjadi pendorong utama kenaikan harga emas.
Sementara itu, Presiden dan COO Asset Strategies International, Rich Checkan, menilai isu kelangkaan emas di London serta inflasi yang masih tinggi turut memperkuat tren positif ini.
Analis Senior di Barchart.com, Darin Newsom, menambahkan, ketidakpastian politik di AS membuat investor mencari aset safe-haven seperti emas.
Pialang Senior di RJO Futures, Daniel Pavilonis, menyebut kombinasi pelemahan dolar AS, perang tarif dengan beberapa negara, serta pembelian emas oleh bank sentral sebagai faktor utama yang mendorong harga naik. Ia bahkan memperkirakan emas bisa mencapai USD3.000 per troy ons dalam waktu dekat.
Survei Kitco melibatkan 13 analis, dengan 69 persen memperkirakan harga emas akan naik minggu depan, sementara 31 persen memprediksi koreksi. Tidak ada yang memperkirakan harga akan stabil.
Di kalangan investor ritel, 69 persen juga memperkirakan kenaikan, 18 persen melihat potensi penurunan, dan 13 persen memperkirakan harga emas akan bergerak mendatar. (Aldo Fernando)