REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri hiburan dunia digempur revolusi dari China dengan kehadiran drama mikro. Dikenal dengan sebutan duanju dalam bahasa Mandarin, drama-drama ini adalah serial video vertikal yang plot-nya "liar", intens, dan disajikan dalam durasi sangat singkat, umumnya hanya 90 detik hingga dua menit per episode.
Fenomena ini bukan sekadar tren. Pada 2024, industri drama mikro di China mencetak sejarah dengan melampaui total pendapatan box office negara tersebut untuk pertama kalinya. Menurut laporan dari China Netcasting Services Association (lembaga yang mengatur konten audiovisual daring China), pasar drama mikro telah melampaui 50 miliar yuan, atau setara dengan kurang lebih Rp112,5 triliun. Angka pendapatan ini diperkirakan akan terus meroket, bahkan diproyeksikan mencapai lebih dari sekitar Rp153,22 triliun pada 2025.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Keberhasilan ini dinilai berakar pada kemampuan drama mikro untuk memanfaatkan kebiasaan konsumsi konten audiens mobile-first saat ini. Formatnya yang sweet, short, and sharp menyentuh perilaku mencari kepuasan instan.
Pendiri dan CEO AR Asia Production, Anne Chan, menggambarkan drama mikro sebagai opera sabun "The Bold and The Beautiful" (serial AS) yang diberi steroid. “Anda harus memiliki cliffhanger (ujung cerita menggantung) di setiap menit, bukan setiap jam. Jadi, semuanya manis, pendek, dan tajam,” kata dia dilansir laman CNBC, pada Juli.
Drama-drama singkat ini awalnya populer di China setelah ByteDance (melalui Douyin) dan Kuaishou mulai mendorong format video vertikal di platform mereka. Pendiri dan direktur pelaksana ChoZan, sebuah firma konsultan yang berbasis di Hong Kong, Ashley Dudarenok, mengatakan pertumbuhan drama mikro China melonjak selama pandemi. “Semua dimulai dengan Douyin dan juga Kuaishou saat mereka mulai mendorong drama pendek vertikal ini di platform mereka, terutama pada 2020, 2021, selama pandemi, drama tumbuh pesat,” kata dia.
Daya tarik utama drama mikro adalah kemampuannya menawarkan alur cerita cepat, adiktif, dan memberikan emotional payoff instan dalam hitungan menit. Vice President of Research and Insights di firma intelijen pasar Sensor Tower, Seema Shah, melihat ini sebagai pemanfaatan psikologi konsumen. “Mereka memanfaatkan perilaku gratifikasi instan. Cara Anda langsung merasa puas setelah melihat cerita inilah yang menjadi hook-nya. Memang agak berlebihan (over the top), tetapi berlebihan yang masih menghibur,” ujarnya.
.png)
5 hours ago
2
















































