PT XL Axiata Tbk (EXCL) meraup laba bersih sebesar Rp1,81 triliun sepanjang 2024 atau melonjak 44,7 persen dibandingkan 2023 yang Rp1,25 triliun.
Kinerja 2024 Ciamik, Bagaimana Peluang Saham XL Axiata (EXCL)? (Foto: dok EXCL)
IDXChannel - PT XL Axiata Tbk (EXCL) meraup laba bersih sebesar Rp1,81 triliun sepanjang 2024 atau melonjak 44,7 persen dibandingkan 2023 yang Rp1,25 triliun.
Khusus kuartal IV-2024, laba EXCL mencapai Rp513 miliar atau naik sebesar 72,2 persen secara kuartalan (qoq) dan 95,4 persen secara tahunan (yoy).
Peningkatan laba didukung oleh kenaikan pendapatan yang mencapai Rp9 triliun pada kuartal IV 2024, tumbuh 8,7 persen secara kuartalan, dan 6,8 persen secara tahunan.
Secara kumulatif, total pendapatan EXCL sepanjang tahun mencapai Rp34,4 triliun, naik 6,4 persen year-on-year (yoy).
Riset CGS International Sekuritas Indonesia membaca lonjakan laba EXCL didorong oleh faktor musiman di akhir tahun, serta strategi optimalisasi biaya.
“Laba bersih FY24 EXCL sesuai dengan estimasi kami (102 persen), dan konsensus Bloomberg (100 persen),” kata Analis CGS International, Bob Setiadi, dikutip Senin (10/2/2025).
Efisiensi biaya dan tantangan persaingan
Bob menilai, EXCL mampu menjaga profitabilitas seiring strategi efisiensi biaya yang diterapkan secara konsisten.
Ini tercermin dari marjin EBITDA perusahaan meningkat menjadi 51,4 persen di 2024, dari 48,6 persen pada tahun sebelumnya.
Penurunan biaya penjualan dan pemasaran sebesar 14,7 persen, serta penghematan pada biaya infrastruktur sebesar 2,2 persen turut berkontribusi dalam pencapaian ini.
Analis menilai EXCL tetap menghadapi tantangan persaingan yang ketat di sektor telekomunikasi. ARPU (Average Revenue Per User) pada kuartal IV-2024 stagnan di angka Rp41 ribu per bulan, atau turun 5 persen secara tahunan.
Sementara itu, jumlah pelanggan seluler XL Axiata meningkat tipis menjadi 58,8 juta, dibandingkan 58,6 juta pada kuartal sebelumnya.
“Perusahaan mengaitkan ARPU yang stagnan pada kuartal IV-2024 dengan persaingan yang ketat, lemahnya daya beli pelanggan dan konsumsi data yang lebih rendah dari pelanggan dengan ARPU yang lebih tinggi,” tutur Bob.
Bob membaca EXCL memilih strategi monetisasi yang lebih terlokalisasi dibandingkan dengan penyesuaian harga menyeluruh. Ini berlangsung dalam menghadapi persaingan yang agresif, di mana operator lain terus menawarkan kartu SIM murah untuk mengakuisisi pelanggan.
Sementara untuk segmen fixed broadband (FBB), perusahaan memprioritaskan peningkatan penetrasi pasar dibandingkan menawarkan paket dengan harga yang terlalu rendah.
Prospek merger dengan FREN
Salah satu agenda strategis XL Axiata saat ini adalah proses merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Proses ini masih berjalan sesuai rencana dan diperkirakan rampung pada semester pertama 2025.
Saat ini, EXCL tengah menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Kementerian Komunikasi dan Digital.
“Kami harapkan bisa selesai sebelum semester pertama, sehingga XLSMART sudah harus bisa beroperasi dalam rentang pada first half 2025,” kata Presiden Direktur FREN Merza Fachys di Jakarta, Kamis (12/12/2024).
Bob menyebut EXCL masih mempertimbangkan partisipasi dalam lelang spektrum 1.4GHz yang dinilai memiliki potensi besar untuk layanan Fixed Wireless Access (FWA). Namun, perusahaan masih menunggu finalisasi merger sebelum mengambil keputusan terkait ekspansi ke segmen FWA.
Rekomendasi saham dan risiko
Meskipun kinerja keuangan EXCL menunjukkan peningkatan yang solid, CGS International Sekuritas tetap memberikan rekomendasi "Hold" terhadap saham EXCL.
Target harga dipatok sebesar Rp2.350 per saham. Hingga penutupan Senin (10/2/2025), saham EXCL turun 0,44 persen ke Rp2.280 per saham.
Sejumlah risiko yang dapat mempengaruhi kinerja ke depan mencakup meningkatnya persaingan harga di industri telekomunikasi, potensi kenaikan belanja modal dan operasional terkait dengan lelang spektrum 5G, serta perlambatan pertumbuhan trafik data.
Sebaliknya, terdapat peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya lebih cepat dari perkiraan serta meningkatkan penetrasi pasar fixed broadband lebih baik dari ekspektasi.
“Kami memperkirakan tidak ada perubahan besar pada strategi EXCL sambil menunggu proses merger selesai. Oleh karena itu, kami mempertahankan rekomendasi Hold,” kata Bob.
(DESI ANGRIANI)