Kemenkes Temukan 57 Persen Penduduk Indonesia Alami Masalah Gigi

3 hours ago 2

Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Siti Nadia Tarmizi menerima audiensi dari Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Perlindungan Kesehatan Anak & Kaum Muda di Kementerian Kesehatan RI, Selasa (29/7/2025). Audiensi tersebut menyoroti maraknya promosi rokok elektronik oleh para influencer di media sosial. Sebelumnya pada 28 Mei 2025 Koalisi telah mengirimkan Surat Terbuka kepada sejumlah influencer yang mempromosikan rokok elektronik di media sosial instagram dan youtube, dan menghimbau influencer menghentikan promosi dan narasi menyesatkan tentang rokok elektronik karena melanggar melanggar ketentuan Pasal 434 ayat (1) huruf f dan Pasal 446 PP No. 28/2024 tentang Kesehatan, yang menyatakan produsen produk tembakau dan rokok elektronik dilarang mengiklankan dan atau mempromosikan produknya melalui media sosial. Namun, hingga Koalisi melakukan pemantauan ulang pada awal Juli 2025, masih dinemukan promosi aktif influencer di berbagai platform media sosial, meliputi promosi device, e-liquid, event pameran, dan toko vape.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan Pengendailan Penyakit Tidak Menular  Kementerian Kesehatan (P2PTM Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, kesehatan gigi dan mulut masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan 57 persen penduduk usia di atas tiga tahun mengalami masalah gigi.

Namun, hanya 11,2 persen atau sekitar 3 juta orang yang mencari pengobatan ke dokter gigi. "Kalau sakit gigi hilang dengan obat pereda nyeri, biasanya masyarakat tidak melanjutkan ke pengobatan. Padahal masalah giginya tidak selesai," kata Nadia dalam keterangan pers di Jakarta pada Ahad (14/9/2025).

Nadia mengamati, kasus karies, gigi berlubang, gigi tanggal, hingga radang gusi masih mendominasi. Menurut Nadia, rendahnya literasi kesehatan gigi memperparah kondisi ini. "Mayoritas masyarakat menyikat gigi pada pagi hari saat mandi dan malam sebelum tidur, padahal yang dianjurkan adalah setelah makan," ujar Nadia.

Dia juga menyinggung pola sikat gigi itu tidak tepat dari segi waktu pelaksanaanya. Hal itu diperparah dengan cara menyikat gigi sering terlalu singkat, hanya sekitar satu menit sehingga kurang efektif.

"Padahal kesehatan gigi yang buruk bisa berdampak pada organ vital, termasuk jantung. Pada ibu hamil, infeksi gigi bahkan berisiko membahayakan janin," ujar Nadia.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |