saat ini PIS telah menaikkan target pendapatan dari bisnis hijau menjadi 34 persen terhadap keseluruhan pendapatan Perseroan.
Jawab Tantangan Pasar, Pertamina Kaji Potensi Bisnis Pengangkutan Komoditas Dry Bulk
IDXChannel - PT Pertamina (Persero) melalui salah satu anak usahanya, yaitu PT Pertamina International Shipping (PIS), terus berupaya memperkuat kinerja di lini bisnis pengapalan dan kargo.
Upaya penguatan dilakukan dengan memperluas cakupan lini bisnis PIS, dengan memperbanyak diversifikasi usaha Perseroan, tak terkecuali di bisnis kargo.
"Diversifikasi jenis kargo menjadi salah satu jurus kami dalam menatap lanskap bisnis di masa depan. Saat ini kami juga sedang fokus meningkatkan presentasi kargo hijau dalam keseluruhan operasi bisnis Perseroan," ujar Chief Executive Officer PIS, Yoki Firnandi, dalam keterangan resminya.
Menurut Yoki, saat ini PIS telah menaikkan target pendapatan dari bisnis hijau menjadi 34 persen terhadap keseluruhan pendapatan Perseroan.
Target tersebut coba dicapai dengan sejumlah strategi, di antaranya dengan meningkatkan kontribusi bisnis hijau melalui pasar bahan bakar hijau, yaitu LNG, LPG, amonia, hingga kargo petrokimia, seperti bitumen, metanol, serta soda kaustik.
"Perusahaan juga dalam proses mengkaji potensi pengangkutan komoditas dry bulk untuk memperluas diversifikasi," ujar Yoki.
Upaya diversifikasi ini, menurut Yoki, guna mengimbangi performa PIS yang selama ini sangat identik dengan kinerja angkutan energi, yang menjadi penggerak aktivitas sehari-hari jutaan masyarakat Indonesia.
Mengelola 700 armada kapal, 300 diantaranya adalah kapal tanker, ditambah juga terminal penyimpanan, dan distribusi energi berbasis laut, PIS merupakan Subholding Integrated Marine Logistics (SH IML) yang sangat diandalkan oleh Pertamina.
"Dengan usianya yang telah menginjak delapan tahun, PIS telah emastikan aliran energi terus berjalan tanpa hambatan, menghubungkan pulau-pulau di nusantara, menjadikan lautan Indonesia sebagai jalur energi yang menggerakkan perekonomian bangsa," ujar Yoki.
Dengan perannya tersebut, Yoki menjelaskan, PIS telah menjadi motor utama angkutan energi nasional. Demi mendukung ketahanan energi nasional, PIS juga telah mengangkut lebih dari 161 miliar liter energi berupa BBM dan LPG dalam setahun, dengan total 20.000 kali pengangkutan dari timur hingga barat Indonesia.
PIS juga menjadi bagian rantai distribusi energi nasional melalui enam terminal di bawah PT Pertamina Energy Terminal (PET), yang kini menampung 922.000 kiloliter BBM dan 284.500 metrik ton LPG.
"Melalui LPG Terminal Tanjung Sekong, PIS juga telah berhasil melayani 40 persen pasokan LPG nasional," ujar Yoki.
Kelancaran distribusi energi, dikatakan Yoki, juga tak lepas dari 402 kapal pendukung PT Pertamina Trans Kontinental (PTK). Secara keseluruhan, PIS mengelola lebih dari 700 armada kapal, dengan 106 kapal milik yang diawaki sekitar 10.000 pelaut andal.
Untuk meningkatkan keandalan dalam angkutan energi nasional dan ekspansi bisnis, PIS juga menambah 11 armada tanker selama 2024, meliputi tanker-tanker pengangkut gas raksasa, termasuk empat kapal VLGC (Very Large Gas Carrier).
Di 2024 ini, PIS juga berhasil memperluas porsi pasar non-captive hingga mencapai 19,2 persen. Capaian tersebut tak lepas dari strategi perusahaan dalam diversifikasi rute, khususnya di negara-negara Afrika dan Eropa.
Untuk memuluskan upaya tersebut, saat ini PIS telah memiliki tiga kantor perwakilan di Singapura (PIS Asia Pacific), Dubai (PIS Middle East), dan London (PIS Europe).
Letak ketiga kantor perwakilan yang berada di titik-titik strategis diharapkan dapat meningkatkan jaringan dan rute internasional PIS. Hingga saat ini, 60 unit armada milik PIS telah berlayar ke 65 rute internasional.
"Sedangkan terkait langkah nyata menuju nol karbon di 2060, kami menargetkan penurunan emisi CO2 yang dihasilkan dari operasional perusahaan hingga 32 persen pada 2034," ujar Yoki.
Untuk mendukung realisasi target tersebut, PIS menerapkan sejumlah inovasi khusus untuk mengurangi emisi karbon dalam seluruh lini bisnis.
Salah satu langkah utama adalah modernisasi armada, dengan menghadirkan tujuh buah kapal VLGC (Very Large Gas Carrier). Kapal tanker raksasa berteknologi bahan bakar ganda (dual-fuel) ini merupakan tanker rendah emisi yang pertama di Indonesia, untuk mendorong transisi energi
Hingga Oktober 2024 PIS telah berhasil mereduksi 41,4 kiloton CO2e, melewati target tahun ini perusahaan menargetkan 29 ktCO2.
"PIS juga baru saja mendapatkan rating ESG dari MSCI dengan skor BBB untuk kategori oil and gas transportation. Skor BBB ini merupakan skor terbaik yang pernah dicapai di sektor industri shipping nasional saat ini," ujar Yoki.
(taufan sukma)