Jakarta -
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas pada pembukaan perdagangan pada Selasa (8/4) kemarin, usai jeda panjang selama periode libur Lebaran 2025. Periode libur Lebaran terhitung sejak 28 Maret hingga 7 April 2025.
Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan, penurunan IHSG terjadi seiring pelemahan di bursa saham sejumlah negara. Pada rentang 27 Maret hingga 7 April, ia menyebut, Bursa Filipina ambruk 5,16%, Jepang turun 17,63%, dan Thailand jatuh 5,3%.
Selain itu, bursa Vietnam juga melemah 8,5%, Singapura melemah 11%, dan Hong Kong loyo 15,9%. Jeffrey menyebut, pasar global turut anjlok pada periode yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya, selama masa liburan itu, pasar global itu memang turun cukup dalam," kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2025).
Dalam kondisi tersebut, Jeffrey mengatakan para pelaku pasar telah mengantisipasi keadaan tersebut. Saat IHSG terjun bebas 9,19%, ia meyakini pelaku pasar telah melakukan sejumlah antisipasi.
"Kami harus memastikan pasar yang kondusif bagi para investor untuk bisa mengambil keputusan investasinya dengan baik. Masalah naik turun di pasar itu adalah mekanisme pasar. Selama itu dilakukan dengan metodologi yang wajar dan umum, silakan," ungkapnya.
Jeffrey menambah, perubahan aturan trading halt atau penutupan sementara perdagangan dan batas Auto Rejection Bawah (ARB) dilakukan sejalan dengan ketetapan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebelumnya, ketentuan trading halt dilakukan kala IHSG melemah lebih dari 8% dari sebelumnya 5%.
Jeffrey mengatakan, penetapan ARB 8% diputuskan untuk memberikan ruang likuiditas bagi pasar modal. Ia menilai naik-turunnya indeks merupakan hal yang wajar terjadi di pasar modal.
"Tadi yang seperti saya sampaikan, naik turun adalah wajar di pasar, tetapi likuiditas atau pada saat mereka mau membeli pasar tersedia, pada saat mereka mau menjual pasar tersedia, itu juga sangat penting bagi investor," tutupnya.
(ara/ara)