Harga Minyak Turun, Tertekan Kenaikan Stok dan Kekhawatiran Dampak Tarif AS

3 hours ago 3

Harga minyak mentah melemah untuk hari kedua berturut-turut pada Rabu (5/2/2025).

 Freepik)

Harga Minyak Turun, Tertekan Kenaikan Stok AS dan Kekhawatiran Dampak Tarif AS. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah melemah untuk hari kedua berturut-turut pada Rabu (5/2/2025) setelah laporan menunjukkan lonjakan tak terduga dalam persediaan minyak AS pekan lalu.

Kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global turut menekan pasar.

Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka (futures) minyak Brent merosot 1,79 persen ke level USD74,69 per barel, sedangkan minyak WTI jatuh 2,10 persen menjadi USD71,20 per barel.

Melansir dari MT Newswires, dalam laporan mingguannya, Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat bahwa persediaan minyak komersial AS meningkat 8,7 juta barel pekan lalu, jauh melampaui estimasi konsensus yang memperkirakan kenaikan 3,17 juta barel, menurut Oilprice.com.

Kenaikan stok serta ancaman ketidakstabilan ekonomi akibat kebijakan tarif pemerintahan baru Trump mendorong harga minyak ke level terendah 2025.

Trump sempat mengancam akan memberlakukan tarif menyeluruh terhadap impor dari Kanada dan Meksiko—dua mitra dagang terbesar AS—sebelum akhirnya menunda kebijakan itu selama 30 hari pada Senin lalu.

Namun, tarif 10 persen terhadap impor dari China mulai berlaku, meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di negara importir minyak terbesar dunia tersebut.

"Sentimen pasar minyak mentah yang semula optimistis dalam beberapa hari terakhir kembali diwarnai kehati-hatian. Fokus kini tertuju ke Washington, di mana serangkaian pengumuman Trump sejak pelantikannya telah meningkatkan ketidakpastian,” kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen.

Hansen menambahkan, ancaman perang dagang global berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan energi.

"Perkembangan tarif telah mengguncang seluruh sektor energi, ditambah dengan potensi pembatasan tambahan terhadap ekspor minyak Iran yang semakin memperburuk ketidakpastian geopolitik," ujar analis perusahaan konsultan energi Ritterbusch, dikutip Dow Jones Newswires.

Namun, dengan tarif terhadap Kanada dan Meksiko kemungkinan tertunda selama beberapa pekan, pasar minyak kini dapat lebih fokus pada faktor fundamental yang mendasari pergerakan harga.

Stok bensin AS terus meningkat selama 12 pekan berturut-turut, sementara stok distilat turun tajam sebesar 5,5 juta barel.

"Kami masih melihat bensin sebagai titik lemah dalam pasar energi saat ini," ujar Ritterbusch.

Di sisi lain, tambahan pasokan dari OPEC+ juga membatasi kenaikan harga.

Pada Senin, kelompok produsen minyak ini sepakat untuk mengembalikan pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari ke pasar, dengan tambahan pasokan 122.000 barel per hari setiap bulan selama 18 bulan mulai April. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |