Harga emas turun pada Senin (27/1/2025), setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua bulan di USD2.770 per troy ons pada hari sebelumnya.
Harga Emas Jatuh, Tertekan Likuidasi Investor di Tengah Aksi Jual Saham AS. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga emas turun pada Senin (27/1/2025), setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua bulan di USD2.770 per troy ons pada hari sebelumnya.
Penurunan ini terjadi seiring peralihan investor ke aset pendapatan tetap dan saham defensif, dipicu oleh penyesuaian proyeksi imbal hasil saham teknologi utama Amerika Serikat (AS) akibat meningkatnya minat pada start-up AI asal China, DeepSeek.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) merosot 1,09 persen ke level USD2.740,65 per troy ons pada Senin.
“Aksi jual ini lebih didorong oleh pasar saham secara umum daripada faktor normal seperti suku bunga atau mata uang. Kami melihat adanya sedikit tekanan likuiditas,” ujar Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, Bart Melek.
Ia menambahkan, “Beberapa orang mungkin perlu menciptakan likuiditas di pasar, terutama jika saham yang mereka gunakan sebagai leverage atau margin mengalami pergerakan besar. Jadi, saya pikir ini masalah likuiditas, dan emas dijual bersama aset berisiko lainnya.”
Penurunan harga emas ini terjadi menjelang pertemuan kebijakan pertama Federal Reserve (The Fed) AS di 2025.
Berdasarkan alat CME FedWatch, bank sentral Paman Sam tersebut diperkirakan mempertahankan suku bunga pada Rabu. Namun, ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed di 2025 membatasi pelemahan harga emas lebih lanjut.
The Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga pekan ini, tetapi investor berharap Ketua Jerome Powell tidak memberikan panduan kebijakan yang terlalu hawkish setelah data CPI terbaru menunjukkan tanda-tanda pelunakan inflasi inti.
Meski begitu, perhatian investor tetap tertuju pada sinyal kebijakan selanjutnya, terutama saat Presiden AS Donald Trump memulai masa jabatan keduanya. Kebijakan tarifnya diperkirakan dapat mendorong inflasi.
Namun, risiko inflasi akibat kebijakan perdagangan AS mereda setelah Trump melunak dalam retorikanya terkait tarif terhadap China dan menunda pajak ekspor Kolombia menyusul kesepakatan repatriasi dengan Bogota.
“Emas tetap diminati. Permintaan aset safe haven akan terus mendukung harga emas. Kita pada akhirnya akan mencapai rekor tertinggi baru, karena masih ada ketidakpastian terkait agenda kebijakan pemerintahan Trump,” kata Wakil Presiden dan Senior Strategi Logam di Zaner Metals, Peter Grant.
Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali di 2025, dengan konsensus awal kemungkinan langkah pertama terjadi pada Mei. Prospek tersebut mendukung aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas. (Aldo Fernando)