Jakarta -
Harga emas diyakini bakal terus meroket dalam waktu dekat. Panasnya konflik di beberapa negara jadi biang keroknya, khususnya eskalasi yang terjadi di Timur Tengah.
Analis menilai harga emas bisa menyentuh Rp 2 juta per gram dalam waktu dekat jika eskalasi terus terjadi dan meluas. Menurut Analis Mata Uang Dan Komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong, harga emas diperkirakan bisa menyentuh harga US$ 3.800 atau sekitar Rp 61,5 juta troy ons (kurs Rp 16.200). Bila diubah ke gram jumlahnya menjadi Rp 2,1 jutaan.
"Eskalasi Iran Israel akan mempercepat kenaikan harga emas. Upside harga emas internasional masih cukup besar, untuk tahun ini diperkirakan paling tidak masih akan naik 10% mencapai US$ 3.800 (per troy ons), artinya harga di Indonesia dengan asumsi kurs sekarang, akan berkisar Rp 2 jutaan per gram," beber Lukman ketika dihubungi detikcom pada Minggu (15/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Jakarta, melansir data website resmi Antam Logam Mulia, harga emas sendiri sudah menyentuh ke angka Rp 1.964.900 per gram per hari Minggu pagi kemarin.
Sementara itu, pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi juga mengatakan harga emas akan terus meroket ke tingkat Rp 2 juta per gram. Prediksinya, emas paling tinggi berada di harga US$ 3.500 per troy ons atau sekitar Rp 2 juta per gram.
Menurutnya, kondisi geopolitik dunia mendorong emas sebagai safe haven lebih banyak dibeli oleh investor di tengah ketidakpastian yang terjadi. Ketidakpastian yang pertama tentu hadir dari panasnya konflik Israel dan Iran, apalagi saat ini sudah terjadi saling berbalas serang antar kedua negara.
"Salah satu penyebabnya adalah geopolitik di Timur Tengah yang terus memanas di mana Israel melakukan penyerangan pada saat pagi terhadap wilayah-wilayah Iran. Salah satunya adalah Teheran. Nah, ini pun juga dibalas lagi siangnya Iran melakukan penyerangan terhadap wilayah-wilayah Israel. Nah, ini yang membuat satu kegemparan dunia," papar Ibrahim dalam keterangannya.
Ketegangan politik juga masih menghangat di Eropa. Rusia dan Ukraina kembali saling serang dan menghangatkan peperangan di kedua negara yang sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.
Selain itu pasar juga masih mencermati ketidakpastian yang terjadi pada proses negosiasi tarif impor Amerika Serikat (AS), khususnya negosiasi dengan China. Perang dagang masih dikhawatirkan terjadi.
"Ketegangan geopolitik baik di Timur Tengah, di Eropa, maupun di Amerika ini mendukung penguatan terhadap harga emas dunia," sebut Ibrahim.
Strategi Beli Emas
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra buka-bukaan soal siasat membeli emas di tengah kondisi meroketnya harga saat ini.
Dia menyatakan idealnya investasi emas dilakukan saat harga sedang murah-murahnya. Namun, di situasi seperti akan sangat sulit menunggu harga emas bisa terkoreksi mendalam sehingga murah untuk dibeli.
"Sekarang kan harga lagi naik nih, strategi yang lebih baik sih membeli saat harga terkoreksi. Tapi dengan konflik terus ada dan tren harga terus naik, peluang koreksi saat ini kecil," beber Ariston kepada detikcom.
Nah strateginya apabila ada yang ingin mulai investasi emas menyiasati kenaikan harga yang terjadi, bisa dilakukan dengan melakukan pembelian sedikit demi sedikit secara berkala.
"Cara menyiasati dengan membeli sedikit demi sedikit secara berkala. Bisa sebulan sekali dan seterusnya. Mirip konsep menabung atau dollar averaging," jelas Ariston.
Nah bagi yang sudah membeli emas, bisa menahan dulu untuk tidak menjualnya sebab tren kenaikan harga nampaknya masih terjadi. Apalagi selama eskalasi di Timur Tengah masih terjadi.
"Kalau yang sudah punya emas bisa ditahan dulu karena tren masih naik," sebut Ariston.
(hal/acd)