Jakarta -
Bagi kebanyakan orang, lilin hanya berguna untuk menerangi ruangan saat listrik padam atau juga digunakan untuk tempat ibadah. Namun bagi Yulianah, lilin merupakan sumber pendapatan.
Di rumah produksinya ia mampu membuat lilin hingga ribuan batang omzetnya pun cukup menggiurkan bahkan tembus hingga Rp 700 juta setahun.
Yulianah dan Dhanu membuka rumah produksi lilin bernama Jakarta Candle sejak tahun 2011 dengan modal Rp 5 juta, tiga tahun merintis usaha lilinnya ia tak kunjung berhasil. Tidak mengenal kata menyerah ia terus berinovasi membuat lilin yang menarik dan kini lilin buatannya telah tembus pasar ekspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2011 kita coba bikin lilinnya kita beli material di toko kimia, kita beli peralatan di Glodok. 2011 - 2013 orderan lilin hanya 3-5 batang. Cuma saya usahanya bikin titik di google karena belum ada e-commerce baru booming pas sudah ada sosmed tahun 2016 keatas baru menemukan jalan hingga pengusaha wedding untuk jadi rekanan," cerita Yulianah saat ditemui di rumah produksi Jakarta Candle, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jumat (14/2/2025).
Untuk mendongkrak penjualan, Yulianah terus mempromosikan usahanya di sosial media ia juga kerap mencoba menjualnya melalui e-commerce. Dengan begitu Jakarta Candle (JC) terus mendapatkan relasi ataupun pembeli baru.
Selain itu JC terus meningkatkan jenis lilin dengan tren terbaru agar tidak ketinggalan minat pasar, terkini Yulianah melebarkan sayap produksi lilinnya dengan membuat jenis - jenis lilin lainnya seperti pillar candle, glass candle, taper candle, hingga polish.
Tembus ke pasar global turut membuatnya banyak belajar, permintaan kini lebih menggunakan bahan organik seperti beeswax dan nabati ketimbang kimiawi seperti parafin.
"Awalnya masih pake parafin impor kesini-sini mulai dapat masukan dari klien untuk lebih baik lagi jadi dikulik bahan organik, kalo parafin itu kita ambil dari minyak bumi itu lebih karbon kimiawi. Kalo yang ini kita ambil dari nabati itu lebih sehat orang-orang luar negeri lebih konsen ke situ, kalo konsumen yang konsen kesehatan pasti cari lilin kita, yang membedakan kita ya itu," lanjut Yulianah.
Dengan bahan-bahan yang lebih sehat, Jakarta Candle telah memiliki beberapa pelanggan luar negeri seperti Malaysia, Singapura, hingga Australia. Namun tak jarang juga lilin Jakarta Candle ikut di beberapa acara pernikahan artis yang wedding organizernya menggunakan produksi JC.
Saat ramai pesanan tak jarang Yulianah turut mengajak tetangga untuk bekerja pada bagian tahap akhir, dalam satu bulannya Jakarta Candle mampu menerima order hingga 5000 batang lilin. Dengan begitu omzet yang ia dapat secara rata-rata mulai dari Rp 50 hingga 60 juta sebulan.
"Omzet rata-rata Rp 50 - 60 juta, kapasitas produksi sebulan bisa 5.000 buah," pungkasnya.
14 tahun berbisnis lilin, Yulianah kini bisa memiliki rumah pribadi, membelikan rumah dan kebun untuk mertua hingga kendaraan. Namun kedepannya ia ingin menunaikan rukun islam yang terakhir yaitu berangkat haji.
"14 tahun berbisnis. ini, ini, (menunjukkan kendaraan motor dan mobil) aku juga sudah punya rumah, ada tabungan juga. Rumah di daerah Sasak Panjang, rumah kecil untuk mertua sama kebun sedikit. Pengen umroh pengin haji belum kecapaian," ucap Yulianah.
Dalam memutar bahan baku lilin Yulianah juga sempat mengandalkan Bank BRI dengan mengambil Kredit usaha Rakyat (KUR) mulai dari Rp 10, 15 hingga 25 juta yang didapatkannya dari BRI Unit Bojonggede. Menurutnya catatan penjualan yang bagus hingga usaha yang jelas membuatnya lancar mendapatkan KUR dari Bank BRI.
"Aku sudah menjadi nasabah tahun 2015 atau 2016 sempet ada KUR tahun 2018 selesai, sampai sekarang belum ambil lagi. Aku terakhir paling gede Rp25 juta. Mudah karena kita sudah dilihat usaha udah lama, pencatatan jualan juga bagus. KUR kemarin untuk perputaran bahan baku dan suntikan dana aja," terang Yulianah.
Tak hanya KUR, Yulianah juga turut ikut dalam pameran BRI UMKM EKSPO(RT) pada Januari 2025, ia merupakan satu dari 1000 UMKM yang menjalani pameran bahkan Jakarta Candle turut masuk dalam 200 UMKM yang mendapatkan pendampingan usaha setelah pameran.
Dikonfirmasi secara terpisah Kepala Unit BRI Bojonggede Abdul Ghopur menyebut Yulianah merupakan nasabah lama BRI Unit Bojonggede yang memanfaatkan fasilitas KUR saat masih merintis usahanya.
"Bu Yulianah memang nasabah lama kami di BRI Bojonggede, beliau dari mulai merintis usahanya menggunakan fasilitas KUR. Memang produk fasilitas pinjaman UMKM yang suku bunganya sangat ringan dibandingkan di fasilitas produk lain baik itu sesama BRI atau perusahaan lain, karena 0 persen per tahun bunganya per bulannya 0,275 makanya masyarakat itu memanfaatkan untuk modal usaha," terang Ghopur.
Tak hanya memberikan pinjaman, BRI juga turut mendorong UMKM untuk terus berkembang salah satunya dengan mengajak UMKM untuk mengikuti berbagai pameran dan event yang diadakan Bank BRI. Produk Jakarta Candle ini juga turut diboyong ke acara tahunan dengan skala besar yaitu BRI UMKM EXPO(RT).
Selain acara itu, Ghofur juga mengatakan UMKM turut disertakan dalam acara bazar hingga berbagai pelatihan guna meningkatkan pengetahuan sekaligus penjualan dari usaha UMKM, saat ini BRI juga telah melakukan revitalisasi dengan menerjunkan 1 mantri satu desa sehingga bisa lebih dekat dengan UMKM.
"BRI sering mengadakan Panen Hadiah Simpedes dari dulu membagikan undian, di dalam itu ada acara panggung dan kita sertakan bazar setiap bri unit paling sedikit 3 umkm itu pasti setahun 2 kali. Nah nanti yang setahun sekali kita ikuti lagi nah kalo expo acara Kanwil sehingga kita lihat mana umkm yg sudah pantas. Jadi dia juga merasa tak hanya meminjam di BRI tapi kita beri ruang," lanjut Ghopur.
Saat ini usaha milik Yulianah ini juga merupakan UMKM andalan di desanya, selain progresnya yang bagus ia juga kerap menyerap tenaga atau karyawan di lingkungan sehingga tercipta lapangan pekerjaan dan peluang usaha. Yulianah juga kerap membagikan ilmu kepada UMKM saat diminta menjadi pembicara saat diadakan pertemuan UMKM di desanya.
(hns/hns)