Film Komang Tembus 2,5 Juta Penonton, Penulis Skenario Terharu Bahagia (Foto: ist)
JAKARTA - Film Komang berhasil mencuri perhatian publik dan mencatatkan diri sebagai salah satu film box office tahun ini. Disutradarai oleh Naya Anindita dan diproduksi oleh Starvision, film bergenre drama romantis ini telah ditonton lebih dari 2,5 juta penonton hingga pertengahan April 2025.
Dibintangi oleh Kiesha Alvaro dan Aurora Ribero, Komang terinspirasi dari kisah cinta nyata komedian sekaligus musisi Raim Laode bersama istrinya, Komang Ade Widiandari. Film ini mengangkat tema perbedaan budaya dan keyakinan, serta menyelipkan pesan toleransi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam.
Penulis skenario Komang, Evelyn Afnilia, mengaku bersyukur atas sambutan hangat dari penonton. Menurutnya, film ini bukan hanya menghadirkan kisah cinta, tetapi juga menyampaikan pelajaran berharga yang ia peroleh selama proses kreatif berlangsung.

“Saya senang sekali karena film ini bisa diterima oleh penonton Indonesia. Buat saya pribadi, ini adalah titik balik dalam karier sebagai penulis. Banyak pelajaran yang saya dapatkan—tentang toleransi, cinta, dan kekuatan yang lebih besar dari diri kita,” ujar Evelyn saat dihubungi lewat telepon.
Menjawab tantangan dalam mengadaptasi lagu populer Komang karya Raim Laode ke dalam bentuk film, Evelyn mengaku sempat merasakan tekanan. Apalagi lagu tersebut sudah begitu melekat di hati pendengarnya.
“Jujur, waktu pertama kali ditawari, saya senang tapi juga merasa ada beban besar. Karena saya tahu lagu ini sangat hits dan punya makna yang dalam,” tambahnya.
Kini, ia merasa lega karena film dan lagu Komang mampu berjalan seiring dan menciptakan kesan yang menyentuh banyak hati.
“Rasanya lega banget karena banyak yang memberi respons positif. Film dan lagunya bisa saling menguatkan. Banyak yang bilang mereka terharu, dan buat saya, itu apresiasi tertinggi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Evelyn menekankan bahwa film ini tidak mengedepankan perbedaan untuk menciptakan jarak, melainkan memperlihatkan bahwa perbedaan bisa dirangkul tanpa diskriminasi.
“Komang bicara soal perbedaan, tapi tidak membeda-bedakan. Indonesia ini kan beragam. Kita sebagai manusia juga dinamis. Saya lebih suka membicarakan toleransi, dan alhamdulillah banyak penonton yang menangkap pesan itu,” ujarnya.
Menutup perbincangan, Evelyn menyampaikan harapannya untuk perkembangan perfilman nasional.
“Semoga film Indonesia terus jadi tuan rumah di negeri sendiri, terus tumbuh, dan menyuguhkan tontonan yang bukan cuma menghibur, tapi juga punya makna,” tutup Evelyn.
(aln)