Dari Zaman Sahabat Sampai Detik ini, Kode Rahasia dalam Alquran Belum Terpecahkan

1 day ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada rahasia yang mengundang rasa penasaran banyak orang. Contohnya yang terukir, bukan di atas kertas atau prasasti yang usang, melainkan pada sebuah patung perunggu di markas besar CIA yang menantang para ahli kriptografi dunia, atau dalam sebuah naskah kuno dari abad ke-15 yang memuat ilustrasi aneh dan tulisan tak terbaca.

Kode-kode ini, dari Beale Ciphers, serangkaian tiga teks sandi, yang menjanjikan harta karun terpendam hingga pesan terakhir dari pembunuh berantai Zodiac yang penuh teka-teki, telah bertahan dari upaya terobosan paling cerdas, meninggalkan para sejarawan, ilmuwan, dan codebreaker amatir dalam kebuntuan. Mereka adalah teka-teki abadi, mengingatkan kita bahwa di balik setiap misteri, ada kunci yang hilang, meronta-ronta untuk ditemukan.

Khazanah Islam juga memiliki kode rahasia pengundang rasa superpenasaran. Ini misteri abadi, terukir di awal beberapa surah dalam Alquran, yang telah memukau dan membingungkan para ulama selama berabad-abad: ahruf muqatha'ah atau huruf-huruf terputus.

Deretan kode seperti Alif, Lam, Mim atau Ha, Mim, yang tidak membentuk kata bermakna, seolah menjadi teka-teki yang sengaja ditaruh oleh Sang Pencipta. Berbagai penafsiran telah muncul, namun salah satu pandangan yang paling memikat adalah bahwa huruf-huruf ini merupakan kode rahasia yang hanya diketahui oleh Allah Swt., menyimpan kebijaksanaan dan keajaiban yang melampaui akal manusia.

Kisah penafsiran ahruf muqatha'ah ini berawal dari perdebatan di kalangan para ulama salaf. Sebagian ulama, termasuk Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib, memilih untuk tidak menafsirkannya. Dalam pandangan mereka, huruf-huruf ini termasuk dalam kategori ayat mutasyabihat (samar maknanya), yang hanya Allah saja yang mengetahui hakikatnya. Sikap ini menunjukkan kerendahan hati dan kepasrahan mereka di hadapan firman Ilahi, sebuah pengakuan bahwa ada batas bagi pengetahuan manusia.

Namun, di sisi lain, sebagian ulama, seperti yang dicatat oleh Imam At-Thabari dan Ibnu Katsir dalam tafsir mereka, melihat ahruf muqatha'ah ini sebagai mukjizat ilahi (ijaz) yang menantang. Logika di baliknya sederhana namun sangat kuat. Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, menggunakan huruf-huruf yang sama persis dengan yang dipakai oleh kaum Quraisy.

Mereka bukan sekadar suku yang berdagang dan menjaga Ka'bah, tetapi juga para maestro sastra yang menguasai bahasa Arab dengan tingkat tertinggi. Di tengah Jazirah Arab yang tandus, di mana kefasihan berbahasa dianggap kehormatan terbesar, Quraisy menjadi rujukan utama dalam hal syair, prosa, dan retorika.

Para penyair mereka memiliki kemampuan merangkai kata-kata yang begitu indah dan memukau, sehingga puisi-puisi mereka tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk meninggikan martabat, menyebar reputasi, bahkan memotivasi pasukan di medan perang. Pasar-pasar seperti Ukaz menjadi panggung bagi mereka untuk beradu kemampuan, di mana syair-syair terbaik akan digantung di Ka'bah sebagai pengakuan atas kehebatannya.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |