Bursa Asia, Pasar Respons Data Inflasi AS dan Harapan Damai Ukraina

7 hours ago 3

Bursa saham Asia menguat pada Kamis (13/2/2025), seiring kenaikan kontrak berjangka (futures) saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

 Reuters)

Bursa Asia, Pasar Respons Data Inflasi AS dan Harapan Damai Ukraina. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia menguat pada Kamis (13/2/2025), seiring kenaikan kontrak berjangka (futures) saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa, didorong optimisme terhadap peluang kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia.

Sentimen positif ini mengimbangi lonjakan imbal hasil obligasi AS, yang meningkat seiring kekhawatiran bahwa inflasi tinggi dapat menghambat pemangkasan suku bunga 2025.

Di sisi lain, ketegangan perdagangan global tetap tinggi setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memberlakukan tarif balasan terhadap negara-negara yang mengenakan bea masuk pada produk impor AS.

Kebijakan ini diperkirakan mulai berlaku pada Rabu malam

Menurut data pasar, pukul 09.46 WIB, Nikkei 225 Jepang meningkat 1,32 persen, Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,96 persen, KOSPI Korea Selatan terkerek 0,97 persen.

Kemudian, ASX 200 Australia mendaki 0,22 persen.

Berbeda, Shanghai Composite melemah 0,29 persen dan STI Singapura turun 0,19 persen.

Di pasar Asia, futures EUROSTOXX 50 naik 1 persen, sementara futures Nasdaq menguat 0,4 persen dan futures S&P 500 bertambah 0,2 persen.

Wall Street Melemah

Indeks saham utama AS alias Wall Street sebagian besar ditutup melemah pada Rabu, sementara imbal hasil obligasi pemerintah meningkat setelah data resmi menunjukkan percepatan inflasi pada Januari.

Dow Jones Industrial Average turun 0,5 persen ke 44.368,6, sementara S&P 500 melemah 0,3 persen ke 6.052. Nasdaq Composite hampir tidak berubah di 19.650.

Mengutip MTNewswires, sektor energi mengalami penurunan terbesar, turun 2,7 persen, sedangkan layanan komunikasi bergerak mendatar. Konsumen primer menjadi satu-satunya sektor yang menguat.

Data ekonomi menunjukkan indeks harga konsumen AS naik 0,5 persen pada Januari, lebih tinggi dari 0,4 persen di bulan sebelumnya.

Secara tahunan, inflasi meningkat menjadi 3 persen dari 2,9 persen. Inflasi inti, yang tidak memasukkan komponen pangan dan energi yang volatil, naik 0,4 persen secara bulanan dan 3,3 persen secara tahunan, melampaui perkiraan Wall Street.

"Pembacaan pertama CPI tahun 2025 menunjukkan inflasi inti meningkat pada laju tercepat dalam hampir setahun, didorong oleh kenaikan harga barang dan ketahanan inflasi jasa," kata TD Economics.

Sementara itu, BMO menilai laporan ini kemungkinan membuat Federal Reserve semakin berhati-hati dalam mempertimbangkan pemangkasan suku bunga di masa mendatang.

Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan laporan CPI terbaru menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan “sudah dekat, tetapi belum sampai” dalam mencapai target inflasi 2 persen.

Sehari sebelumnya, Powell menegaskan The Fed tidak perlu terburu-buru menyesuaikan kebijakan moneter karena ekonomi masih kuat.

"Kita harus terbiasa dengan gagasan bahwa inflasi tetap tinggi lebih lama dibandingkan yang biasa terjadi sebelumnya," kata ahli strategi pendapatan tetap senior di Touchstone Investments, Erik Aarts.

Aarts mengatakan ia berencana mempertahankan posisi "underweight" untuk obligasi pemerintah AS, yang nilainya naik saat suku bunga turun. Namun, ia tetap optimistis terhadap obligasi korporasi karena ekspektasi ketahanan ekonomi.

Data indeks harga produsen AS untuk Januari dijadwalkan rilis pada Kamis.

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun melonjak 8,8 basis poin menjadi 4,63 persen, sementara yield obligasi dua tahun naik 6,7 basis poin ke 4,36 persen. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |