Berkat Kenaikan Saham BREN Cs, Kekayaan Prajogo Pangestu Meningkat Rp40 Triliun

1 month ago 21

Harta kekayaan taipan Prajogo Pangestu naik signifikan di tengah kenaikan harga saham emiten besutannya.

 Barito Pacific)

Berkat Kenaikan Saham BREN Cs, Kekayaan Prajogo Pangestu Meningkat Rp40 Triliun. (Foto: Barito Pacific)

IDXChannel – Harta kekayaan taipan Prajogo Pangestu naik signifikan di tengah lonjakan harga saham emiten besutannya.

Menurut The Real-Time Billionaires List dari Forbes, kekayaan Prajogo meningkat 5,52 persen hingga USD2,5 miliar atau setara dengan Rp40,31 triliun (asumsi kurs Rp16.125 per USD) dalam sehari per Selasa (7/1/2025).

Dengan demikian, kini pundi kekayaan pria berusia 80 tahun tersebut mencapai USD47,3 miliar atau senilai Rp762,71 triliun.

Prajogo juga masih menduduki peringkat pertama orang terkaya di Indonesia, di atas bos batu bara Low Tuck Kwong (USD27,5 miliar), dan pemilik Grup Djarum R. Budi Hartono (USD23,7 miliar) serta Michael Hartono (USD22,8 miliar).

Kenaikan harta Prajogo terutama seiring lonjakan harga saham emiten geotermal miliknya, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), sebesar 7,65 persen pada Selasa.

Maklum, kini kapitalisasi pasar (market cap) BREN mencapai Rp1.394,72 triliun, berada di posisi nomor satu terbesar, melampaui emiten Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki valuasi pasar Rp1.186,52 triliun.

Saham-saham Prajogo lainnya memang tengah menikmati momentum positif belakangan ini. Sebagai contoh, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) melesat 81,00 persen dalam sebulan.

Kisah Prajogo

Mengutip Leo Suryadinata dalam Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (2015), Prajogo Pangestu (alias Hang Djun Phen; Peng Yunpeng) lahir pada 13 Mei 1944. Dia adalah anak dari seorang penyadap karet di Desa Sungai Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Untuk menambah penghasilan, ayahnya, Phang Sui On, juga bekerja sebagai penjahit di pasar Sungai Betung.

Prajogo sering membantu ayahnya sebelum berangkat sekolah. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama Tionghoa setempat (SMP Nan Hua) di Singkawang, ia pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Namun, karena tidak berhasil mendapatkan pekerjaan, ia kembali ke Kalimantan dan bekerja sebagai sopir angkutan umum di rute Singkawang-Pontianak. Hal tersebut, kata Leo, tidak bertahan lama. Ia kemudian memulai bisnis kecil seperti menjual terasi dan ikan asin.

Singkat kisah, pada 1975, ia diangkat sebagai General Manager PT Nusantara Plywood oleh Burhan Uray, bos Djajanti Group. Setahun kemudian, ia membeli CV Pacific Lumber dan mengubah namanya menjadi PT Barito Pacific Lumber, yang berkembang pesat.

Bisnisnya meluas ke berbagai sektor, seperti perbankan (Bank Andromeda), perkebunan cokelat, pabrik kertas, hingga petrokimia. Ia bermitra dengan keluarga Soeharto dan taipan lainnya, mendirikan PT Tanjung Enim Pulp dan Kertas, Bank Andromeda, dan PT Chandra Asri, perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia.

Pada krisis keuangan 1997-1998, bisnisnya terdampak parah akibat utang luar negeri, tetapi ia berhasil bangkit. Pada 2007, ia mengakuisisi mayoritas saham PT Chandra Asri dan PT Tri Polyta, yang kemudian bergabung menjadi Chandra Asri Petrochemical (saat ini bernama Chandra Asri Pacific/TPIA) pada 2010.

Kini, Prajogo menjadi pemain besar di industri petrokimia, energi, dan kayu.

Prajogo pun membawa sejumlah unit bisnisnya melantai di bursa.

Emiten-emiten yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu di antaranya adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT), TPIA, BREN, PT Petrosea Tbk (PTRO), dan CUAN. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |