Sri Mulyani Jaga Defisit APBN 2026 Tak Lebih dari 2,53%, Ini Penjelasannya

7 hours ago 1

Sri Mulyani Jaga Defisit APBN 2026 Tak Lebih dari 2,53%, Ini Penjelasannya

Menteri Keuangan Sri Mulyani Jelaskan Postur APBN 2026 di Sidang Paripurna DPR RI. (Foto: Okezone.com/YouTube)

JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 di kisaran 2,48% hingga 2,53% dari Produk Domestik Bruto (PDB).  Proyeksi tersebut tercantum dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN Tahun Anggaran 2026, dinilai sebagai optimisme yang terukur dan terarah.

Sri Mulyani menjelaskan, penetapan defisit didasari analisis kondisi perekonomian saat ini dan proyeksi untuk tahun depan, serta bagaimana instrumen APBN dapat dioptimalkan. 

"Maksudnya optimis itu harus lebih gede atau lebih kecil, atau gimana maksud kamu? Kita kan melihat dari sisi proyeksi ekonomi, dari perekonomian sekarang dan tahun depan, dan bagaimana mengoptimalkan instrumen APBN untuk stabilisasi atau counter cyclical dan melindungi masyarakat atau dunia usaha," ujar Sri Mulyani usai Rapat Paripurna DPR, Selasa (20/5/2025).

Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah akan tetap selektif dalam penggunaan APBN karena ini adalah instrumen yang terbatas. 

"Jadi ada batasnya, tapi juga harus ditujukan kepada bidang-bidang yang merupakan prioritas dan perlu untuk mendapatkan afirmasi, gitu ya. Makanya bisanya nanti akan tetap dilihat dari sisi kinerja ekonomi makronya," jelasnya.

Pemerintah berupaya menjaga APBN tetap sehat dan kredibel dengan merancang kebijakan fiskal yang ekspansif, terarah, dan terukur. Hal ini terlihat dari beberapa target makro fiskal yang ditetapkan:

- Pendapatan Negara: Diproyeksikan mencapai 11,71% hingga 12,22% dari PDB.

- Belanja Negara: Diproyeksikan sebesar 14,19% hingga 14,75% dari PDB, dengan penekanan pada belanja yang efisien dan produktif.

- Pembiayaan: Akan dilakukan secara inovatif, pruden, dan berkelanjutan dengan Defisit: Ditargetkan pada rentang 2,48% hingga 2,53% dari PDB, menunjukkan upaya pemerintah untuk menjaga kesehatan fiskal.

Target defisit ini sejalan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 2026 yang diproyeksikan antara 5,2% hingga 5,8%. 

Selain pertumbuhan ekonomi, Sri Mulyani juga membeberkan asumsi makroekonomi lainnya untuk tahun 2026:

- Suku Bunga SBN Tenor 10 Tahun: Diperkirakan berada pada kisaran 6,6% hingga 7,2%. Angka ini didukung oleh spread yang menarik dan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi serta kebijakan fiskal yang baik, yang akan menjaga minat beli investor di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan stabilitas nilai tukar rupiah.

- Nilai Tukar Rupiah: Terhadap dolar AS diperkirakan berada di kisaran Rp16.500 hingga Rp16.900 per dolar.

- Inflasi: Ditargetkan berada di kisaran 1,5% hingga 3,5%, dengan tetap menjaga stabilitas harga, baik dari sisi suplai maupun permintaan.

- Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP): Diperkirakan berada di kisaran USD60 hingga USD80 per barel, mengingat tensi gejolak politik dan pelemahan ekonomi global yang dapat memengaruhi harga minyak dan sumber daya alam Indonesia lainnya.

- Lifting Minyak: Ditargetkan sebesar 600.000 hingga 605.000 barel per hari.

- Lifting Gas: Diproyeksikan pada 953.000 hingga 1.017.000 barel setara minyak per hari. Upaya untuk terus meningkatkan lifting minyak dan gas akan terus dilakukan.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Follow

Berita Terkait

Telusuri berita finance lainnya

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |