Simak Contoh Ceramah Tarawih Keutamaan Malam ke 6 Ramadhan

1 month ago 23

Simak Contoh Ceramah Tarawih Keutamaan Malam ke 6 Ramadhan

Simak Contoh Ceramah Tarawih Keutamaan Malam ke 6 Ramadhan (Ilustrasi/Freepik)

JAKARTA - Ceramah tarawih keutamaan malam ke 6 Ramadhan penting disimak. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, ibadah yang dilakukan ketika bulan Ramadhan bisa menjadi ajang pengampunan dosa-dosa terdahulu karena semua pintu pengampunan dibuka.

وَفِى اللَّيْلَةِ السَّادِسَةِ اَعْطَاهُ اللهُ تَعَالَى ثَوَابَ مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ الْمَعْمُوْرِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ حَجَرٍ وَمَدْرٍ

Artinya: "Pada malam keenam, Allah memberikan pahala seperti pahala malaikat yang tawaf di Baitul Makmur dan setiap batu dan tanahpun memintakan ampunan untuknya."

Dilansir dari berbagai sumber pada Rabu (5/3/2025), Okezone telah merangkum ceramah tarawih keutamaan malam ke 6 Ramadhan, sebagai berikut.

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, wasyukurillah. Washolatu wassalaamu alaa Rosuulillaah. Laa nabiyya ba’dah. Amma ba’du.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua. Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan nabi besar kita baginda Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amiin.

Menunaikan ibadah puasa Ramadhan merupakan bentuk ketaatan seorang Muslim kepada Allah swt. Akan tetapi, puasa tidak saja berbicara soal hubungan antara hamba dengan Tuhannya, melainkan juga bagaimana dengan puasa yang dijalani selama satu bulan penuh ini bisa menumbuhkan sekaligus memperkokoh solidaritas sesama Muslim, bahkan sesama manusia tanpa memandang latar belakang agama. Puasa yang kita jalani seharian mulai dari terbit fajar sampai matahari terbenam tidak saja untuk menahan lapar dan dahaga. 

Memang, jika syarat dan rukunnya terpenuhi, puasa sudah sah. Tetapi ibadah yang baik adalah ibadah yang selain memiliki dampak positif bagi diri pribadi juga mempunyai pengaruh bagi lingkungan sekitar, terlebih lagi puasa Ramadhan yang sebenarnya memiliki dampak sosial tinggi jika betul-betul dipahami. Dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda, 

 مَنْ اَفْطَرَ صَائِمًا فَلَهُ اَجْرُ صَائِمٍ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ 

Artinya, “Siapa yang memberi makanan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka, maka baginya pahala seperti orang puasa tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala orang puasa tersebut.” (HR at-Tirmidzi). Secara gamblang hadits di atas mendorong seseorang agar mau bersedekah dengan memberi makanan atau minuman kepada sesama Muslim untuk berbuka puasa. Pahala yang diperoleh pun tidak tanggung-tanggung, yaitu mendapat nilai sepadan dengan orang yang melaksanakan puasa. Ini merupakan bukti bahwa dalam ibadah puasa terdapat solidaritas sosial yang sangat tinggi. Selama ini kita mungkin merasa sangat gembira jika mendapat undangan buka bersama (bukber) di rumah teman, kerabat, atau sanak saudara.

Tetapi, mulai sekarang mari kita ubah mindset atau cara berpikir, bagaimana agar bulan puasa tahun ini dan seterusnya tidak hanya menerima undangan bukber ‘gratis’, tetapi juga menjadi tuan rumah yang mengundang orang lain untuk menikmati hidangan buka puasa.   Jika belum bisa memberi banyak, paling tidak mentraktir sahabat sendiri untuk sekadar takjil puasa seadanya. Toh, nilai sedekah tidak saja diukur dari kuantitasnya, besar atau kecilnya, melainkan juga keikhlasan dari pemberi. Malah jika kita berusaha memberi yang banyak tapi tidak ikhlas, sedekahnya akan percuma.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |