Setelah mencatatkan koreksi 2,65 persen di 2024, kinerja IHSG di awal tahun menunjukkan tren positif.
Saham Dividen Jumbo Patut Dilirik untuk Investasi di 2025, Begini Analisisnya (FOTO:MNC Media)
IDXChannel - Tingginya volatilitas di pasar keuangan membuat investor harus lebih berhati-hati dalam meracik portofolio investasi. Saham-saham yang konsisten membagikan dividen dengan imbal hasil atraktif jadi sasaran untuk dikoleksi investor.
Setelah mencatatkan koreksi 2,65 persen di 2024, kinerja IHSG di awal tahun menunjukkan tren positif. Secara year-to-date IHSG sudah naik hampir 2,5 persen dan kembali menembus level psikologis 7.200.
Kendati kinerja pasar saham di awal tahun impresif, analis masih mencermati sejumlah risiko volatilitas di pasar keuangan global yang dapat menjadi sentimen negatif untuk kinerja aset keuangan domestik termasuk saham.
“Trump yang resmi menjabat sebagai Presiden ke 47 AS dengan segala kontroversi dan manuvernya masih akan menjadi fokus pasar beberapa waktu ke depan. Expect akan ada volatilitas,” kata Analis Riset Phintraco Sekuritas Nurwachidah dalam risetnya di Jakarta Kamis (23/1/2025).
Menurut Nur, risiko tersebut harus diwaspadai oleh pelaku pasar. Investor disarankan untuk secara cermat meracik portofolio investasi. “Risk-return perlu dikalkulasi dengan cermat, momentum juga harus jadi pertimbangan utama," ujar Nur.
Dia menjelaskan bahwa untuk memitigasi risiko volatilitas, saham-saham yang konsisten bagikan dividen dan nilainya jumbo dapat menjadi alternatif investasi setidaknya untuk paruh pertama di 2025.
“Semester I kita bisa lihat biasanya ada aksi korporasi RUPST di sekitar bulan April. Ada keputusan pembagian dividen di sana. Jadi mulai bisa di screening saham-saham dengan valuasi murah tetapi bagi dividen," tutur Nur.
Saat ini Nur mengungkapkan jika universe untuk saham-saham yang membagikan dividen tinggi dapat melihat indeks saham high dividend atau bahkan sektor keuangan.
Saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang sempat terkoreksi setahun terakhir dan biasanya memberikan dividen dengan payout besar sampai lebih dari 80 persen bisa dilirik.
Namun selain saham BBRI di sektor perbankan, Nur juga mencermati saham di sektor asuransi umum. Salah satu sahamnya adalah PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance/TUGU) yang merupakan emiten anak BUMN Pertamina.
“Saham TUGU saat ini valuasi masih rendah. Di kisaran harga Rp1.000, rasio PBV di bawah 0,5x, tetapi konsensus beberapa analis sejak tahun lalu terlihat tidak ada yang mengubah atau menurunkan rekomendasi beli, rata-rata target harga saham TUGU yang disematkan oleh analis masih berada di area Rp2,000. Konsisten bagi dividen dengan payout 40 persen. Kalau laba bersih TUGU setidaknya bisa tembus Rp700 miliar di 2024 dan payout sama dengan historis 40 persen maka dividen yield bisa menarik sampai 8 persen. Di atas peers dan sektor," ujarnya.
(kunthi fahmar sandy)