Anggie Ariesta
, Jurnalis-Minggu, 09 November 2025 |13:18 WIB

Dalam sepekan rupiah spot tercatat melemah 0,35 persen. (Foto: Okezone.com)
JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup menguat tipis pada akhir pekan ini, setelah sempat tertekan pada awal pekan. Namun, secara mingguan rupiah masih mencatatkan pelemahan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (7/11/2025), rupiah spot berada di level Rp16.690 per dolar AS, menguat 0,07 persen dibanding posisi sehari sebelumnya di Rp16.701 per dolar AS.
Meski demikian, dalam sepekan rupiah spot tercatat melemah 0,35 persen dari posisi akhir pekan lalu yang berada di Rp16.631 per dolar AS.
Namun, nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatatkan penguatan. Pada Jumat, rupiah ditutup di level Rp16.704 per dolar AS, naik 0,017 persen dari sehari sebelumnya di Rp16.707 per dolar AS.
Walaupun melemah secara mingguan, rupiah bukan mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan Asia. Rupiah menempati posisi keempat dalam daftar mata uang Asia yang paling melemah pekan ini.
Sepanjang pekan, won Korea menjadi mata uang dengan pelemahan paling tajam setelah turun 1,88 persen ke posisi KRW 1.455,84 per dolar AS. Di bawahnya, dolar Taiwan terkoreksi 0,62 persen ke TWD 30.967 per dolar AS, disusul peso Filipina yang turun 0,36 persen ke PHP 58.908 per dolar AS.
Sebaliknya, beberapa mata uang Asia justru menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menjadi yang terkuat dengan penguatan 0,39 persen ke posisi JPY 153,40 per dolar AS. Ringgit Malaysia juga naik 0,26 persen ke MYR 4,173 per USD, dan dong Vietnam meningkat 0,11 persen ke VND 26.280 per USD.
Pergerakan mata uang Asia tersebut dipengaruhi oleh volatilitas indeks dolar AS (DXY) yang cukup tinggi sepanjang pekan. Meski secara kumulatif melemah 0,2 persen ke level 99,603, DXY sempat menyentuh posisi tertingginya dalam lima bulan terakhir di 100,224 pada Selasa (4/11/2025) sebelum terkoreksi menjelang akhir pekan.
Pergerakan dolar AS mencerminkan tarik-ulur sentimen antara kebijakan hawkish The Federal Reserve dan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS di tengah berlanjutnya penutupan pemerintahan (government shutdown).
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran modal asing keluar (capital outflow) dari pasar domestik pada pekan pertama November 2025 sebesar Rp4,58 triliun.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa arus keluar terjadi di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp2,69 triliun dan di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp4,42 triliun.
Sementara itu, pasar saham justru mencatatkan aliran modal asing masuk sebesar Rp2,54 triliun.
“Berdasarkan data transaksi 3–6 November 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp4,58 triliun,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (8/11/2025).
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa salah satu faktor penguatan rupiah berasal dari sentimen eksternal, yakni penutupan pemerintahan AS yang telah memasuki bulan kedua. Kondisi ini menunda publikasi sejumlah laporan ekonomi penting, termasuk data ketenagakerjaan dan inflasi, sehingga pasar kekurangan panduan resmi.
“Kekosongan data ini telah meningkatkan ketidakpastian dan mendorong investor untuk mengandalkan survei sektor swasta sebagai sinyal ekonomi,” tulis Ibrahim. Laporan pekerjaan swasta AS sebelumnya menunjukkan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja, menambah ekspektasi bahwa The Fed dapat kembali melonggarkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Berdasarkan survei, peluang penurunan suku bunga pada Desember meningkat menjadi sekitar 70 persen dari sebelumnya 60 persen.
Dari sisi global, ekspor China turun tak terduga pada Oktober setelah kenaikan tajam bulan sebelumnya, meleset dari proyeksi kenaikan moderat. Impor juga menurun, menyebabkan penurunan neraca perdagangan dan mencerminkan lemahnya permintaan domestik.
Ketegangan antara Washington dan Beijing turut menambah tekanan pasar. Laporan dari The Information menyebutkan bahwa AS berencana memblokir Nvidia dari penjualan chip AI berskala kecil ke China, langkah yang bisa membatasi akses perusahaan China terhadap teknologi canggih.
Sementara itu, laporan Reuters mengungkapkan bahwa Beijing bermaksud melarang penggunaan chip AI buatan luar negeri di pusat data yang didanai negara, sebagai bagian dari upaya memperkuat produksi chip domestik.
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
.png)
2 hours ago
1

















































