Kitab Riyadhus Shalihin tentang Apa?

2 months ago 47

Kitab Riyadhus Shalihin tentang Apa?

Kitab Riyadhus Shalihin tentang Apa? (NU Online)

JAKARTA - Kitab Riyadhus Shalihin adalah salah satu karya penting dalam dunia Islam yang membahas tentang akhlak dan cara hidup yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Kitab ini banyak digunakan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sebagai rujukan dalam pengajian hadis di masjid-masjid maupun majelis taklim. Imam an-Nawawi, penulis kitab ini, menyusunnya untuk menjadi pedoman umat Islam dalam membentuk kepribadian yang saleh serta meningkatkan hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia.

1. Siapa Imam an-Nawawi

Imam an-Nawawi, yang memiliki nama lengkap Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria, adalah seorang ulama besar yang lahir di Nawa (sebuah kampung di daerah damaskus yang sekarang merupakan ibu kota suriah), pada Muharram 631 Hijriah. Ia dikenal sebagai ulama yang sangat cerdas dan tekun dalam belajar. Seluruh waktunya dihabiskan untuk mempelajari Alquran dan hadis, hingga akhirnya menghasilkan karya-karya monumental yang terus menjadi rujukan hingga kini. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Riyadhus Shalihin.

Dikutip dari laman NU Online, Jumat (24/1/2025), berikut rangkuman isi dari kitab Riyadhus Shalihin: 

2. Kitab Riyadhus Shalihin

Kitab Riyadhus Shalihin didominasi oleh kumpulan hadits yang dipilih oleh Imam an-Nawawi dari berbagai kitab hadits shahih. Meskipun banyak yang mengategorikan kitab ini sebagai kitab hadits, beberapa ulama juga memandangnya sebagai kitab tasawuf karena pembahasan-pembahasannya berpusat pada penyucian jiwa dan pengembangan akhlak mulia.

Isi kitab ini dimulai dengan bab keikhlasan yang menekankan pentingnya niat dalam setiap amal. Salah satu hadits yang dimuat dalam bab ini adalah:

    عن عمر بن الخطَّاب رضي الله عنه :
لا يُسأَل الرَّجُلُ: فيمَ ضَربَ امْرَأَتَه؟

Dari Umar bin Khathab ra, “Seorang suami tidak perlu ditanya ‘Mengapa dia memukul istrinya?’.”
Hadits tersebut, menurut para ulama, juga ditemukan dalam Sunan Abi Dawud. Namun, kualitas hadits ini dinilai dha’if (lemah) oleh al-Arnauth, salah seorang kritikus hadits, karena terdapat perawi yang majhul (tidak dikenal) dalam sanadnya, yaitu ‘Abdurrahman al-Musli.

Kitab ini menggunakan pendekatan sistematis dalam setiap babnya. Bab dimulai dengan judul, dilanjutkan dengan penjelasan singkat dari Imam an-Nawawi, kemudian ayat-ayat Alquran yang relevan, dan diakhiri kumpulan hadits yang berkaitan dengan tema. Misalnya, dalam Bab Taubat, Imam an-Nawawi menjelaskan:

    باب التوبة
قَالَ العلماءُ: التَّوْبَةُ وَاجبَةٌ مِنْ كُلِّ ذَنْب، فإنْ كَانتِ المَعْصِيَةُ بَيْنَ العَبْدِ وبَيْنَ اللهِ تَعَالَى لاَ تَتَعلَّقُ بحقّ آدَمِيٍّ فَلَهَا ثَلاثَةُ شُرُوط :أحَدُها: أنْ يُقلِعَ عَنِ المَعصِيَة. والثَّانِي : أَنْ يَنْدَمَ عَلَى فِعْلِهَا. والثَّالثُ: أنْ يَعْزِمَ أَنْ لا يعُودَ إِلَيْهَا أَبَداً. فَإِنْ فُقِدَ أَحَدُ الثَّلاثَةِ لَمْ تَصِحَّ تَوبَتُهُ.

    Para ulama berkata: “Melakukan tobat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa. Apabila maksiat itu terjadi antara seorang hamba dan Allah saja, maksudnya tidak ada hubungannya dengan orang lain, maka untuk bertobat harus melengkapi tiga syarat: Pertama, menghentikan secara langsung kemaksiatan yang sedang dilakukan. Kedua, menyesal karena telah melakukan kemaksiatan. Ketiga, berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat selamanya. Jikalau salah satu dari tiga syarat tersebut di atas itu tidak ada, maka tidak sah tobatnya.”

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |