Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diundang untuk melakukan pembicaraan.
Indonesia Jadi Salah Satu Negara Pertama yang Diajak Bicara AS Soal Tarif. (Foto: Kemenko Perekonomian)
IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diundang untuk melakukan pembicaraan tarif oleh Amerika Serikat (AS).
Pasalnya, pemerintah Indonesia bergerak cepat merespons kebijakan tarif resiprokal yang baru-baru ini diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap sejumlah negara mitra dagangnya.
"Indonesia merespons cepat. Kita berkirim surat kepada Pemerintah Amerika, baik itu ke USTR, ke US Commerce, bahkan terakhir kepada US Treasury," ujar Airlangga dalam keterangannya, Kamis (1/5/2025).
"Dan reach out Indonesia ternyata direspons positif oleh Amerika. Sehingga Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diundang untuk dijadwalkan perbicaraan dengan Amerika," katanya.
Airlangga menjelaskan bahwa sejak pengumuman kebijakan tarif tersebut, Indonesia tidak hanya menyampaikan sikap, tetapi juga secara aktif menjalin komunikasi dengan berbagai negara mitra strategis di ASEAN, Uni Eropa, Inggris, dan China. Diplomasi intensif juga dilakukan langsung dengan pihak AS.
Respons cepat dan terkoordinasi ini, menurut Menko Airlangga, membuat AS memberikan apresiasi khusus kepada Indonesia sebagai early mover.
"Mereka sebutnya sebagai early mover. Nah tentu Indonesia sebagai early mover dan menyampaikan usulan yang relatif komprehensif, diapresiasi oleh mereka," tuturnya.
Airlangga menambahkan bahwa dengan perkiraan 72 negara yang akan bernegosiasi dengan AS dalam waktu 90 hari, Indonesia perlu memiliki keunggulan atau hal menarik bagi AS agar dapat bersaing.
Indonesia menawarkan solusi menyeluruh dan seimbang yang disebut sebagai comprehensive and fair proposal atau proposal yang komprehensif dan adil. Tawaran ini mencakup upaya revitalisasi perjanjian dagang bilateral yang sudah ada, seperti Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) Indonesia-AS dan ASEAN-AS.
"Tidak hanya kita merespons kepada Amerika tetapi kita juga punya request kepada Amerika. Sehingga sifatnya tidak satu arah, tetapi dua arah, untuk kebaikan perekonomian bilateral. Indonesia mengusulkan langsung di situ sebuah format perjanjian," kata Airlangga.
Pemerintah telah membentuk dua Satuan Tugas (Satgas) khusus, yaitu Satgas Negosiasi yang diketuai oleh Airlangga dan melibatkan seluruh K/L terkait, serta Satgas Deregulasi untuk menyederhanakan aturan di berbagai sektor.
"Arahan Bapak Presiden ini adalah kerja kita bersama, Indonesia incorporated. Jadi Indonesia incorporated ini yang kita berharap bahwa ke depan perekonomian bisa kita dorong. Walaupun semua negara terkena wabah tarif ini, diharapkan ASEAN punya penawar, sama seperti waktu menghadapi Covid-19 ada vaksinnya. Mudah-mudahan dengan antidote ini kita bisa masing-masing punya resiliensi terhadap ketidakpastian global," kata Airlangga. (Wahyu Dwi Anggoro)