Harga Minyak Turun ke Level Terendah 3 Bulan Imbas Aksi OPEC+

1 month ago 24

Harga minyak mentah turun ke level terendah dalam tiga bulan pada Senin (3/3/2025).

 Freepik)

Harga Minyak Turun ke Level Terendah 3 Bulan Imbas Aksi OPEC+. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah turun ke level terendah dalam tiga bulan pada Senin (3/3/2025) setelah OPEC+ menyatakan akan melanjutkan rencana pengembalian pemotongan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari dalam 18 tahap bulanan mulai April.

Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka (futures) minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April ditutup melemah USD1,52 atau 2,17 persen menjadi USD68,44 per barel, terendah sejak 9 Desember 2024.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Mei turun USD1,63 atau 2,23 persen menjadi USD71,45 per barel.

Melansir dari MT Newswires, OPEC+ menegaskan kembali keputusan pada Desember untuk mulai mengembalikan pasokan ke pasar, meskipun banyak pihak memperkirakan penundaan tambahan di tengah harga yang lemah.

"Dengan mempertimbangkan fundamental pasar yang sehat dan prospek positif, mereka menegaskan kembali keputusan yang disepakati pada 5 Desember 2024 untuk melanjutkan pengembalian penyesuaian sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari secara bertahap dan fleksibel mulai 1 April 2025," kata OPEC dalam pernyataan.

"Peningkatan bertahap ini dapat dihentikan atau dibalik tergantung pada kondisi pasar," kata OPEC.

Keputusan ini diambil sehari sebelum tarif impor AS terhadap barang dari mitra dagang utama diberlakukan, sementara isu geopolitik masih menjadi perhatian setelah pertemuan panas pada Jumat (28/2/2025) lalu antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump.

Trump berjanji akan memberlakukan tarif 25 persen untuk impor barang dari Kanada dan Meksiko mulai Selasa, termasuk bea 10 persen untuk impor energi dari Kanada yang memasok sekitar 20 persen kebutuhan minyak AS. Tarif impor dari China juga dinaikkan dari 10 persen menjadi 20 persen.

Kanada dan Meksiko telah menyatakan akan menerapkan tarif balasan terhadap produk AS, memicu kekhawatiran perang dagang besar yang berpotensi meningkatkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi ketiga negara.

Ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran atas peningkatan pasokan mendorong fund (dana investasi) meninggalkan aset minyak, dengan laporan Commitment of Traders pada Jumat menunjukkan posisi long minyak pada level terendah dalam 15 tahun untuk pekan yang berakhir 25 Februari.

"Penjualan minyak mentah sangat agresif, terutama pada WTI, di mana net long pada kontrak utama CME turun ke level terendah hampir 15 tahun hanya sebesar 67,6 ribu kontrak, jauh dari 250 ribu kontrak yang dimiliki hedge fund pada 21 Januari," kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen.

"Selama periode lima pekan ini, posisi net long gabungan di WTI (CME dan ICE) dan Brent hampir terpangkas setengah menjadi 260 ribu kontrak, seiring memburuknya prospek teknikal di tengah kekhawatiran dampak perang dagang global pada permintaan dan rencana OPEC+ untuk mulai mengurangi pemotongan produksi," ujar Hansen.

Prospek keberhasilan pembicaraan damai untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina meredup pada Jumat setelah pertemuan di Gedung Oval yang disiarkan televisi antara Zelensky, Trump, dan Vance berujung pada ketegangan.

Trump tampak mendukung Rusia dan membuka kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap ekspor minyak Rusia.

"Setelah adegan mengejutkan di Gedung Oval pada Jumat, suara gabus botol yang terbuka bisa terdengar di Kremlin dan aktivitas rig minyak di Siberia meningkat," kata PVM Oil Associates.

PVM Oil Associates memperkirakan, kebijakan konfrontatif pemerintahan Trump di berbagai bidang, termasuk minyak, akan menekan permintaan minyak. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana para analis berpengaruh menilai perkembangan dalam lima pekan terakhir. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |