Harga Emas Terus Meroket, Pengamat: Permintaan Tinggi, Pasokan Terbatas

17 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Harga emas dunia nyaris menembus level 4.200 dolar AS per troy ons pada Selasa (14/10/2025). Pengamat menilai permintaan terhadap logam mulia tersebut terus meningkat, sementara pasokannya terbatas.

Mengutip Bloomberg, harga emas pada Selasa siang menguat ke posisi 4.160 dolar AS per troy ons. Pengamat komoditas Ibrahim Assuaibi memprediksi, pergerakan harga emas bakal segera menembus 4.188 dolar AS dan mencapai 4.200 dolar AS per troy ons dalam beberapa hari ke depan.

Seiring penguatan harga emas dunia, Ibrahim menyebut harga emas dalam negeri produksi Antam juga terus meningkat. Berdasarkan situs logammulia.com, harga emas batangan hari ini berada di level Rp 2,37 juta per gram.

“Lonjakan emas Antam terus menguat karena permintaan tinggi, namun barang terbatas,” kata Ibrahim kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi kenaikan harga emas dunia.

“Yang memengaruhi kenaikan harga emas dunia maupun logam mulia itu adalah risiko geopolitik, ketidakpastian fiskal, ancaman terhadap independensi bank sentral AS, dan faktor supply-demand,” ungkapnya.

Ia menuturkan, emas sempat mengalami koreksi setelah gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza. Namun, penurunan tersebut hanya berlangsung singkat karena para investor besar melakukan aksi taking profit dan pembelian kembali pada level tinggi.

Selain konflik di Timur Tengah, Ibrahim menyoroti ketegangan geopolitik di Eropa yang juga memicu volatilitas pasar. Situasi politik di Prancis masih memanas pasca mundurnya Perdana Menteri Lecornu, sementara perang Rusia–Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Bahkan, Rusia mengklaim telah memperluas wilayah kendalinya hingga 5.000 kilometer persegi, terutama di Luhansk dan Donetsk.

Meski Presiden AS Donald Trump berulang kali menyerukan gencatan senjata, Ibrahim menilai sulit tercapai kesepakatan karena Ukraina mensyaratkan pengembalian wilayah yang telah direbut Rusia.

“Sehingga perang akan terus berkecamuk, bahkan NATO dan Amerika bisa terlibat langsung. Ini yang akan membuat harga emas dunia terus naik karena ketidakpastian politik di Eropa. Rusia juga salah satu penghasil minyak terbesar yang tergabung dalam OPEC Plus,” ujarnya.

Ibrahim menambahkan, ketidakpastian fiskal di Amerika Serikat turut mendorong penguatan harga emas. Dampak perang dagang yang memanas membuat sekitar 20 negara bagian di AS mengalami tekanan ekonomi. Kondisi tersebut diperburuk dengan shutdown atau penghentian sementara pemerintahan federal yang menyebabkan meningkatnya pengangguran dan melemahnya daya beli.

Situasi itu memunculkan spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat FOMC pekan depan.

Selain itu, kebijakan Trump yang memberlakukan bea impor 100 persen terhadap China untuk melindungi ekspor tanah jarang juga memperburuk tensi perdagangan global.

“Artinya, perang dagang akan terus memanas dan inflasi menjadi tidak menentu. Masyarakat akhirnya kembali berbondong-bondong membeli logam mulia,” ujarnya.

Ibrahim juga menyoroti independensi The Fed yang kini dipertanyakan setelah Trump memecat Gubernur The Fed, Tina Cook. Dengan masa jabatan Trump masih panjang hingga 2028, ia menilai fluktuasi harga emas masih akan terus berlanjut.

“Kalau melihat dari supply-demand, bank sentral global terus melakukan pembelian terhadap logam mulia, sedangkan pasokannya makin menurun,” katanya.

Ia memperkirakan, berbagai sentimen tersebut akan terus memengaruhi pergerakan harga emas dunia maupun logam mulia dalam sepekan mendatang.

“Saya masih optimistis harga emas akan terus menguat. Pelemahan nilai tukar rupiah juga menjadi faktor yang ikut mendorong kenaikan harga logam mulia,” ujar Ibrahim.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |