GenZ yang Gunakan Pinjol untuk Gaya Hidup Capai 58 Persen, Kesejahteraan Keuangan Sulit Dicapai

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kampanye literasi dan inklusi keuangan, harus terus digalakkan terutama kepada kelompok usia produktif 18-35 tahun. Karena, hingga saat ini masyarakat Indonesia masih sulit untuk mencapai kesejahteraan keuangan (financial well-being).

Menurut Ketua Program Studi Magister dan Doktor Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan Dr Vera Intanie Dewi, riset menyebutkan bahwa 61,7 persen usia 17-40 tahun tidak memiliki dana darurat sama sekali. Selain itu, 67 persen orang Indonesia baru mulai merencanakan dana pensiun dalam 5 tahun menjelang pensiun.

Selain itu, kata Vera, survey menunjukkan 58 persen genZ menggunakan pinjaman online (Pinjol) atau pinjaman daring (Pindar) untuk gaya hidup dan hiburan. Sedangkan 54 persen milenial meminjam pada pindar untuk keperluan rumah tangga. Oleh karena itu, kalangan mahasiswa, harus berlatih merencanakan keuangan sebelum masuk ke dunia kerja.

"Harapannya, agar saat bekerja bisa menjadi individu yang sejahtera secara keuangan (financial well-being)," ujar Dr Vera dalam seminar "#DoItCERDAS Belajar Strategi Keuangan untuk Wujudkan Cheetah-Cheetah (Cita-Cita)" yang digelar di Aula FE Unpar, belum lama ini.

Dr Vera menjelaskan, meskipun indeks inklusi (penggunaan produk dan layanan) keuangan tahun 2024 di angka 80 persen, tetapi indeks literasinya (pemahaman) masih 66 persen. Menurutnya, ada gap yang besar karena banyak orang bisa menggunakan produk dan layanan keuangan, tapi pemahamannya kurang baik.

"Era digital memberi disrupsi literasi ke sektor keuangan. Sehingga setiap individu harus memiliki kompetensi agar dapat membuat keputusan yang bijak untuk pengelolaan keuangannya," kata Vera.

Vera menjelaskan, ada tantangan pada tujuan financial well-being. Antara lain daya beli yang terus tergerus karena kenaikan harga kebutuhan pokok yang tidak sebanding dengan upah.

Tantangan lain datang dari disrupsi teknologi. Sejak 2017 hingga 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menghentikan 11.388 entitas pinjaman ilegal. Ini mengindikasikan sebagian masyarakat bergantung pada pinjaman dalam hidupnya, yang sebagian diantaranya terjebak pada lembaga ilegal.

Terakhir, Vera menuturkan di masyarakat saat ini banyak lansia yang hidup tanpa pensiun. Akibatnya, mereka bergantung pada anak yang juga minim tabungan (sandwich generation). "Untuk itu, sangat penting terus menyosialisasikan pengelolan keuangan pada kelompok usia produktif. Harapannya, selain literasinya meningkat, diikuti dengan tingkat inklusinya dan memberi keamanan serta kenyamanan dalam membuat keputusan keuangan," kata Vera.

Asisten Direktur Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Jawa Barat Iman K Nugraha mengatakan, peningkatan literasi keuangan menjadi pondasi penting dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas mengelola keuangan di masa depan. "Jadi sudah betul sasaran kampanye strategi mengelola keuangan diadakan di kampus. Tujuan besarnya, para generasi masa depan ini paham dan terampil mengatur keuangannya agar hidupnya berkualitas," katanya.

Seminar ini, kata diia, mengajak mahasiswa menjadi terampil membuat strategi perencanaan keuangan. Selain itu juga menanamkan perilaku menjadi peminjam (debitur) yang bijak dan tidak terjebak scam.

Sementara menurut Andri Maulana, Head of Collection Operation Home Credit Indonesia, pihaknya sudah sejak 2015 kampanye edukasi perencanaan keuangan. Lebih dari 56 kelas di banyak kota se-Indonesia dengan peserta sedikitnya 17 juta orang. "Kami berharap anak muda bisa memanfaatkan produk dan layanan keuangan dengan bijak dan cermat. Agar bisa membangun pondasi finansial yang baik sehingga masa depan aman dan goals hidup tercapai," katanya. 

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |