
Flexing Ibadah di Medsos, Hati-Hati Sum'ah (Ilustrasi/Freepik)
JAKARTA - Kekinian masyarakat semakin tak dapat dipisahkan dengan media sosial. Banyak momen diunggah ke media sosial, termasuk saat beribadah.
Postingan ibadah ke media sosial dapat menjadi inspirasi. Namun, mungkin tanpa disadari, ini bisa menjadi ajang flexing dengan memamerkan kebaikan.
Hal ini bisa menimbulkan penyakit hati sum'ah, yang mirip dengan riya dan ujub.
Melansir laman NU, Kamis (6/11/2025), secara bahasa, kata sum’ah berasal dari sami’a yang berarti “mendengar”. Dalam Umdatul Qari, dijelaskan:
وَمعنى: السُّمْعَة، التَّنْوِيهُ بِالْعَمَلِ وَتَشْهِيرُهُ لِيَرَاهُ النَّاسُ وَيَسْمَعُوا بِهِ
Artinya: “Sum’ah adalah menyebutkan atau menceritakan amal perbuatan dan mempublikasikannya supaya dilihat dan didengar oleh manusia,” (Badruddin al-‘Aini, Umdatul Qari Syarh Shahih al-Bukhari, [Beirut: Dar Ihyaut Turats al-Arabi, t.th.], juz XXIII, hal. 86)
Abu Thalib al-Makky menjelaskan lebih jauh dalam Qutul Qulub sum’ah muncul dari dorongan hawa nafsu dan lemahnya jiwa:
كان العبد يسمع بعمله غير الله عزّ وجلّ ويحب أن يسمع به مخلوقاً ليمدحه به لغلبة هواه وضعف نفسه فيكون قد أشرك في عمله غير الله عزّ وجلّ
Artinya: “Seorang hamba memperdengarkan amal perbuatannya kepada selain Allah. Ketika ia menceritakannya kepada makhluk, tujuannya agar dipuji. Karena dominasi hawa nafsu dan lemahnya jiwa, ia pun telah menyekutukan Allah dalam perbuatannya,” (Qutul Qulub, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005], juz I, hlm. 113).
Perbuatan memperdengarkan amal kebaikan demi validasi adalah tanda hilangnya keikhlasan. Rasulullah SAW memberikan peringatan keras dalam hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim:
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللهُ بِهِ
Artinya: “Barang siapa memperdengarkan amalnya (agar dipuji), maka Allah akan memperdengarkan (aib) amalnya. Dan barang siapa berbuat riya’, maka Allah akan menampakkan (niat buruk) amalnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Riya’ dan sum’ah memang mirip yakni keduanya lahir dari dorongan untuk dipuji manusia. Bedanya, riya’ terkait penglihatan (ingin dilihat), sementara sum’ah terkait pendengaran (ingin didengar). Syekh Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan:
الرياء مشتق من الرؤية... والسمعة مشتقة من السمع... والمراد بها نحو ما في الرياء لكنها تتعلق بحاسة السمع والرياء بحاسة البصر
Artinya: “Riya’ berasal dari kata ru’yah (melihat), yakni menampilkan ibadah agar dilihat orang lain. Sementara sum’ah berasal dari sami’a (mendengar), memiliki makna serupa dengan riya’, hanya saja terkait pendengaran,” (Ahmad bin Hajar al-Haitami, Fathul Bari, [Beirut: Darul Ma‘rifat, 1379 H], juz XI, hal. 336)
.png)
1 hour ago
1
















































