Pejuang Badui di desa Mazraa di pinggiran kota Sweida, tempat bentrokan meletus antara suku Badui dan milisi Druze, Suriah selatan, Jumat, 18 Juli 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS — Bentrok antar dua kelompok sektarian, kelompok Druze dan suku Badui, kembali terjadi di wilayah Sweida, Suriah, pada Sabtu (19/7/2025). Tembakan senapan mesin dan mortir terdengar setelah pertumpahan darah selama berhari-hari. Sementara itu, pemerintahan sementara pimpinan Ahmed Al Sharaa sedang berupaya untuk menerapkan gencatan senjata.
Reuters mendengar suara tembakan dari dalam kota Sweida dan menyaksikan peluru mendarat di desa-desa terdekat. Belum ada laporan korban jiwa yang terkonfirmasi.
Pemerintah Suriah mengatakan, pasukan keamanan dikerahkan di wilayah selatan untuk menjaga perdamaian. Mereka mendesak semua pihak untuk menghentikan pertempuran setelah hampir seminggu pertumpahan darah antar-faksi yang menewaskan ratusan orang.
Sabtu malam, Kementerian Dalam Negeri mengatakan bentrokan di kota Sweida telah dihentikan. Wilayah tersebut telah dibersihkan dari para pejuang suku Badui setelah terjadi pengerahan pasukan. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, mengatakan bentrokan yang terjadi sejak pekan lalu di sekitar Sweida telah menewaskan sedikitnya 940 orang. Reuters tidak dapat memverifikasi jumlah korban secara independen.
Presiden Sementara Ahmed al-Sharaa mengatakan mediasi "Arab dan Amerika" telah membantu memulihkan ketenangan, sebelum bentrokan meningkat. Ia mengkritik Israel atas serangan udara yang dilakukan selama pekan itu.
Pertempuran ini merupakan tantangan terbaru bagi kendali pemerintahan Sharaa yang didominasi kaum Islamis. Mereka mengambil alih kekuasaan setelah pemberontak menggulingkan presiden otokratis Bashar al-Assad pada Desember lalu.
sumber : Reuters