Tirakatan HUT ke-269, Pemkot dan Warga Yogyakarta Refleksikan Perjalanan Kota Budaya

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-269 Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota bersama masyarakat menggelar malam tirakatan di Balai Kota pada Senin (6/10/2025). Sejak awal acara, suasana penuh khidmat dan kebersamaan begitu terasa. Warga, tokoh masyarakat, hingga jajaran pejabat pemerintah hadir untuk bersama-sama memanjatkan doa dan melakukan refleksi atas perjalanan panjang Kota Yogyakarta sebagai pusat budaya dan pendidikan.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, turut mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan malam tirakatan sebagai momentum refleksi diri.

“Makanya ketika malam hari ini kita mengadakan tirakatan, mestinya yang utama adalah refleksi. Karena banyak hal yang kita lakukan sejatinya belum tentu benar, hanya saja kita sering lupa untuk berhenti sejenak dan merefleksikannya,” ujarnya.

Acara tirakatan juga diisi dengan doa lintas agama yang dipimpin oleh para tokoh dari berbagai keyakinan. Doa bersama ini menjadi simbol harapan agar Yogyakarta senantiasa diberkahi kedamaian, persatuan, dan kelestarian nilai budaya yang diwariskan oleh para leluhur.

Sebagai tradisi tahunan, malam tirakatan menjadi momen penting untuk meneguhkan rasa syukur sekaligus menjaga nilai-nilai luhur peninggalan para pendahulu. Tahun ini, peringatan HUT Kota Yogyakarta mengusung tema 'Lebih Dekat, Lebih Cepat, Maju Melesat', yang mencerminkan semangat gotong royong dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, Hasto juga menyampaikan kebijakan baru terkait pengamen Malioboro, yang mulai 7 Oktober 2025 hanya akan diberi tujuh titik area dari Tugu hingga Titik Nol Kilometer. Para pengamen akan melalui proses kurasi dan pemberdayaan agar dapat tampil lebih terarah dan bernilai seni tinggi.

Sebagai penutup rangkaian acara, dilakukan penyerahan buku antologi puisi bertema Sumbu Filosofi karya Vutriya Mardiyati dan Lukas Sumanasa kepada Wali Kota Yogyakarta. Buku tersebut menjadi simbol penghormatan dan cinta terhadap Sumbu Filosofi Yogyakarta yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia.

Malam tirakatan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga ruang untuk merenungkan perjalanan dan arah masa depan Kota Yogyakarta. Dalam suasana penuh kebersamaan, nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan refleksi diri berpadu menjadi pengingat bahwa kemajuan kota tidak hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi juga dari ketulusan menjaga warisan dan semangat kebersamaan yang telah mengakar selama berabad-abad.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |