Feby Novalius
, Jurnalis-Sabtu, 12 April 2025 |15:08 WIB
Tarif Trump Bikin Pasar Bergejolak, Saham, Emas hingga Minyak Bergerak Liar. (Foto: Okezone.com/Freepik)
JAKARTA - Bursa saham AS, Wall Street menyebut perdagangan brutal terjadi di pekan ini karena sentimen penetapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. Pasar saham yang sebelumnya sedang meningkat, bahkan mencetak rekor, tiba-tiba merosot tajam setelah Trump mengumumkan tarif impor AS pada mitra dagangnya.
S&P 500 jatuh ke ambang pasar yang lesu ketika seorang pejabat Gedung Putih mengatakan AS menaikan tarif impor terhadap China hingga 104%.
Hal ini pun membuat obligasi mulai turun, imbal hasil treasury 30 tahun melonjak paling tinggi sejak 2022 karena kekhawatiran dana lindung nilai yang menyebar dihentikan dari perdagangan yang telah berlangsung puluhan tahun yang didasarkan pada stabilitas pasar.
Pada perdagangan berikutnya juga obligasi terus dijual. Investor juga terus menjual aset safe haven, pergerakan menjadi tidak berhenti sejak saat itu.
"Ini adalah titik ketika mengalami ketakutan setiap hari. Prospek triwulanan kepada 300 klien ketika reli bantuan Trump terjadi dan membuat perencanaan selama berbulan-bulan menjadi tidak menentu," ujar John Hancock Investments, Matt Miskin, dilansir dari Bloomberg, Sabtu (12/4/2025).
"Ketika volatilitas bertindak seperti ini, likuiditas mengering dan sering kali ada saat-saat di mana berbagai hal dapat berubah dengan cara yang tidak selalu masuk akal. Biasanya beberapa pemain besar yang melihat perdagangan tidak menguntungkan mereka dan harus pindah," ujarnya.
Tarif Trump juga memicu volatilitas lintas aset dari saham, suku bunga, emas, minyak, dan kripto berfluktuasi liar minggu ini.
Seorang Pedagang obligasi di Tudor Investment Corp, Alexander Phillips kehilangan sekitar USD140 juta pada April di tengah volatilitas yang disebabkan oleh tarif.
Fluktuasi dalam Treasury dan dolar telah menyebabkan beberapa orang mempertanyakan status safe haven pemerintah AS yang terkenal.
“Kita harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa pendapatan tetap sangat terganggu dengan cara yang mengubah segalanya,” kata CEO Toews Asset Management Phillip Toews.
Presiden Bank Sentral Boston Susan Collins juga mengatakan bank sentral akan benar-benar siap untuk membantu menstabilkan pasar keuangan jika kondisinya menjadi tidak teratur.
"Pasar terus berfungsi dengan baik dan kami tidak melihat masalah likuiditas secara keseluruhan," katanya.