Petugas mencari jenazah di antara reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad (5/10/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, mengungkapkan kronologi runtuhnya bangunan musholla di Pondok Pesantren Al Khoziny, yang terjadi pada Senin, 29 September lalu. Peristiwa tersebut terjadi bertepatan dengan waktu shalat Ashar dan mengakibatkan puluhan santri terjebak dalam reruntuhan.
Ia menyampaikan bangunan yang ambruk itu memiliki empat lantai dan saat kejadian tengah digunakan untuk shalat lebih dari 140 jamaah, mayoritas santri. Lantai dasar merupakan tempat shalat, sementara lantai atas masih dalam proses pembangunan.
"Tempat shalat lantai dasar ada lantai satu, lantai dua, lantai tiga dan lantai empat sedang dalam pembangunan, sehingga pada saat pelaksanaan pengecoran terjadi kekuatan struktur yang mungkin tidak mampu menahan sehingga terjadi collapse, yang kita namakan structure collapse," katanya, Senin (6/10/2025), malam.
Kabasarnas menyebut tipe keruntuhan bangunan ini sebagai "pancake collapse", di mana semua lantai runtuh secara vertikal dan menumpuk satu sama lain. Dalam kurun waktu 25 menit setelah kejadian, Basarnas langsung merespons insiden ini menggunakan sistem aplikasi terintegrasi dengan BNPB, BMKG, hingga jaringan internasional Search and Rescue.
Asesmen dilakukan dan area operasi segera dibagi menjadi beberapa sektor antara lain A1, A2, A3, dan A4. Tim SAR bekerja berdasarkan panduan INSARAG (International Search and Rescue Advisory Group) sebagai protokol internasional.
"Aplikasi itu membantu untuk melaksanakan bagaimana pola operasi yang kita laksanakan terhadap kondisi yang terjadi. Pada saat kita melaksanakan operasi di BCC (Basarnas Command Center), ini sebenarnya aplikasi ini terhubung langsung dengan yang saya bilang tadi INSARAG. Sehingga apa pun yang kita lakukan ini termonitor di internasional," ujarnya.